Rabu, 10 Mei 2017

Penerapan Unsur Deiksis Pada Novel Surat Kecil Untuk Tuhan

BAB I
Pendahuluan
  1. Latar belakang
Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial di mana mereka harus bergaul dengan manusia lain yang di sekitarnya. Sejak awal hidupnya dia sudah bergaul sosial dengan terdekat, meskipun bentuk masih satu arah-orang tua berbicara, dan bayi hanya mendengarnya saja. Dalam perkembangan hidup selanjutnya, dia mulai memperoleh bahasa setapak demi setapak. Pada saat yang sama, dia juga sudah dibawa ke dalam kehidupan sosial di mana terdapat rambu-rambu perilaku kehidupan. Rambu-rambu ini diperlukan karena meskipun manusia itu dilahirkan bebas, tetap saja dia harus hidup bermasyarakat. Ini berarti bahwa dia harus pula menguasai norma-norma sosial budaya yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Sebagian dari norma-norma ini tertanam dalam bahasa sehinngga kempetensi anak tidak hanya terbatas pada apa yang dinamakan pemakaian bahasa (language usage) tetapi juga penggunaan bahasa (language use). Dengan kata lain, anak harus pula menguasai kemampuan pragmatik.
Suatu informasi pada dasarnya mensyaratkan kecukupan (sufficient) dalam struktur internal informasi itu sendiri sehingga orang yang diajak komunikasi dapat memahami pesan dengan tepat. Persoalan akan muncul, bagaimana jika informasi itu hanya dapat dipahami dari konteksnya.
Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Sebagai akibat studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri.  Pragmatik adalah kajian tentang penggunaan bahasa sesungguhnya. Pragmatik mencakup bahasan tentang deiksis, praanggapan, tindak tutur, dan implikatur percakapan. Deiksis adalah kata yang tidak memiliki referen yang tetap ( tetapi berubah-ubah ) seperti kata saya, sini, sekarang. Misalnya dalam dialog antara A dan B, saya secara bergantian mengacu kepada A atau B. Kata sini mengacu kepada tempat yang dekat dengan penutur, kata sekarang mengacu kepada waktu ketika penutur sedang berbicara.
Deiksis adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan keniscayaan hadirnya acuan ini dalam suatu informasi. Menariknya, meski deiksis ini erat kaitannya dengan konteks berbahasa, namun tidak masuk dalam kajian pragmatik karena sifatnya yang teramat penting dalam memahami makna semantik. Dengan kata lain deiksis merupakan ikhtiar pragmatik untuk memahami makna semantik.
  1. Rumusan Masalah
Ada beberapa masalah yang muncul dalam materi yang disampaikan diantaranya:
1.      Apa itu Deiksis?
2.      Apa saja jenis-jenis deiksis?
3.      Penerapan contoh deiksis dalam sebuah novel yang berjudul Surat Kecil Untuk Tuhan?
  1. Tujuan
Ada beberapa tujuan yang diininkan dalam penulisan makalah ini, diantaranya:
1.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah pragmatik.
2.      Untuk mengetahui apa itu deiksis.
3.      Untuk mengetahui jenis-jenis deiksis.
4.      Untuk mengetahui contoh-contoh deiksis yang terdapat pada novel surat kecil untuk Tuhan.




BAB II
Landasan Teori
  1. Pengertian Deiksis
Deiksis adalah kata atau frasa yang menghunjuk kepada kata, frasa, atau ungkapan yang telah dipakai atau yang akan diberikan (Agustina, 1995:40). Purwo (1984:1) menjelaskan bahwa sebuah kata dikatakan bersifat deiksis apabila referennya berpindah-pindah atau berganti-ganti, tergantung pada siapa yang menjadi sipembicara dan tergantung pada saat dan tempat dituturkannya kata itu.
Pengertian deiksis yang lain dikemukakan oleh Lyons (1977:637) dalam Djajasudarma (2010:51) yang menjelaskan bahwa deiksis adalah lokasi dan identifikasi orang, objek, peristiwa, proses atau kegiatan yang sedang dibicarakan atau yang sedang diacu dalam hubungannya dengan dimensi ruang dan waktunya, pada saat dituturkan oleh pembicara atau yang diajak bicara. Dari penjelasan di atas disimpulkan bahwa deiksis adalah kata, frasa, atau ungkapan yang rujukannya berpindah-pindah tergantung siapa yang menjadi pembicara dan waktu, dan tempat dituturkannya satuan bahasa tersebut.
Perhatikan contoh kalimat berikut.
1.      Begitulah isi sms yang dikirimkannya padaku dua hari yang lalu.
2.      Hari ini bayar, besok gratis.
3.      Jika Anda berkenan, di tempat ini Anda dapat menunggu saya dua jam lagi.
Dari contoh di atas, kata-kata yang dicetak miring dikategorikan sebagai dieksis. Pada kalimat (1) yang dimaksud dengan begitulah tidak bisa diketahui karena uraian berikutnya tidak dijelaskan. Pada kalimat (2) kapan yang dimaksud dengan hari ini dan besok juga tidak jelas, karena kalimat itu terpampang setiap hari di sebuah kafetaria. Pada kalimat (3) kata Anda tidak jelas rujukannya, apakah seorang wanita atau pria, begitu juga frasa di tempat ini lokasinya tidak jelas.
Semua kata dan frasa yang tidak jelas pada kalimat di atas dapat diketahui jika konteks untuk masing-masing kalimat tersebut disertakan. Dalam berpragmatik kalimat seperti di atas wajar hadir di tengah-tengah pembicaraan karena konteks pembicaraan sudah disepakati antara si pembicara dan lawan bicara.
  1. Jenis-jenis Deiksis
Dalam pragmatik, deiksis dibagi menjadi lima jenis yaitu sebagai berikut.
1.      Deiksis Orang
Deiksis orang merupakan deiksis yang merujuk pada tokoh/pemeran cerita dalam peristiwa berbahasa: orang I, II, dan III. Di dalam menentukan deiksis orang dapat diketahui dengan disusun secara sosial dan dengan demikian tergantung pada deiksis sosialnya. Contoh:
1.      Saya dan Adit menampilkan drama, kita hanya main-main saja.
2.      Hey, kau keledai tolol, angkat barang-barang itu!
3.      Lani harus bersikap sopan kepada Kakek.
2.      Deiksis Tempat
Deiksis tempat dapat diuraikan diantara banyak parameter yang sama dan berlaku pada deiksis waktu. Hal ini disebabkan, misalnya karena acuan pada tempat pada bersifat absolute atau relative. Acuan absolute pada tempat menempatkan objek atau orang pada panjang atau luas khusus,sedangkan acuan relative menempatkan orang dan tempat dalam kaitannya satu sama lain dan dalam kaitannya dengan penutur. Deiksis ini merupakan pemberian bentuk kepada tempat, dipandang dari lokasi pemeran dalam peristiwa berbahasa atau merujuk  pada lokasi, ruang, atau tempat:
a.       yang dekat dengan pembicara (di sini)
b.      yang jauh dari pembicara, tapi dekat dengan pendengar (di situ)
c.       yang jauh dari pembicara dan pendengar (di sana)

Contoh:
a.       Saya pergi ke kampus, di sana teman-teman sudah menunggu.
b.      Rumah sakit terdekat jauhnya dua ratus mil dari sini.
3.      Deiksis Waktu
Deiksis waktu paling sering mengkodekan unit-unit waktu yang berbeda, maka istilah-istilah ini dapat melakukannya dengan suatu cara yang mengacu pada bagian-bagian yang lebih besar atau lebih kecil dalam unit-unit tersebut.    Pengungkapan jarak waktu dipandang dari waktu suatu tuturan diproduksi oleh pembicara seperti sekarang, kemarin, besok, lusa, hari ini,  dsb yang mengarah pada waktu atau jarak. Contoh:
-          Kemarin, Nurahda tidak datang ke kampus.
-          Lusa Fitri dan Farel akan pergi ke puncak untuk berlibur.
4.      Deiksis Wacana
Dalam deiksis wacana, ungkapan linguistik digunakan untuk mengacu pada suatu bagian tertentu dari wacana yang lebih luas (baik teks tertulis maupun teks lisan) tempat terjadinya ungkapan-ungkapan. Misalnya disebutkan terlebih dahulu; yang pertama, berikut ini disebutkan kemudian atau setelahnya; tersebut, demikian, dsb).Contoh:
-     ‘Ngeong…, ngeong…, ngeong’ begitu bunyi kucing (anafora)
-      Bunyi kucing adalah ‘ngeong…, ngeong…, ngeong’ (katafora)
5.      Deiksis Sosial
Deiksis sosial mengungkapkan perbedaan-perbedaan kemasyarakatan yang terdapat antar partisipan yang terlibat dalam peristiwa berbahasa. Deiksis ini menyebabkan adanya kesopanan berbahasa. Contoh:
-          Perempuan itu adalah seorang tunawicara.
-          Apakah saya bisa menemui Bapak hari ini?
BAB III
Pembahasan
  1. Sinopsis
Novel ini menceritakan tentang perjuangan gadis remaja dalam melawan kanker ganas, Rabdomiosarkoma (kanker Jaringan Lunak). Dialah Gita Sessa Wanda Cantika, kita mengenalnya sebagai mantan artis cilik era 1998. gadis kecil inilah tokoh utama dalam novel Surat Kecil Untuk Tuhan yang divonis menderita kanker ganas dan diprediksi hidupnya hanya tinggal 5 hari lagi. Kanker jaringan lunak itu menggerogoti bagian wajahnya sehingga terlihat buruk menjadi seperti monster. Walau dalam keadaan sulit, Keke terus berjuang untuk tetap hidup dan tetap bersekolah layaknya gadis normal lainnya.
Orang tuanya berat mengambil keputusan, bagaimanapun juga sebagai orang tuanya, mereka tidak tega melihat separuh wajah putrinya harus hilang karena operasi. Maka, ayah berserta keluarga merahasiakan kanker itu pada Keke, panggilan gadis remaja aktif dengan sejuta prestasi model dan tarik suara.
Namun akhirnya Keke tau bahwa ia terserang kanker ganas, ia pasrah dan tidak marah pada siapapun yang merahasiakan penyakit maut itu padanya. Ia memberikan senyum kepada siapapun dan menunjukkan perjuangannya bahwa dengan kanker diwajahnya ia masih mampu berprestasi dan hidup normal di bangku sekolah. Tuhan menunjukkan kebesaran hati dengan memberikan nafas panjang padanya untuk lepas dari kanker itu sesaat
Sang Ayah, Joddy Tri Aprianto tidak menyerah. Ia terus berjuang agar sang putri kesayangannya itu dapat terlepas dari vonis kematiannya. Perjuangan sang ayah dalam menyelamatkan putrinya tersebut begitu mengharukan. Ayahnya berusaha untuk mencari pengobatan alternatif dan berkeliling ke seluruh Indonesia, tapi hasilnya nihil. Mau tak mau ayahnya kembali ke ilmu medis dan menurut dokter, ada satu cara lain yang bisa membunuh kanker itu, kemoterapi.
Perjuangan Keke melawan kanker membuahkan hasil. Dengan segala upaya orang tuanya, Gita mendapatkan kesempatan untuk sembuh setelah bertahan selama 6 bulan melalui kemotrapi untuk membunuh sel-sel kanker yang menggerogoti tubuhnya. Sekali Kemotrapi, mampu merontokkan semua rambut yang ada di tubuhnya, dan tubuh kecil Gita harus menjalaninya hingga 25 kali untuk bisa sembuh.
Kebesaran Tuhan membuatnya dapat bersama dengan keluarga serta sahabat yang ia cintai lebih lama. Kasus kanker ganas yang diidap oleh Gita menjadi kasus pertama yang terjadi di Indonesia dan menjadi sebuah perdebatan di kalangan kedokteran karena kanker tersebut biasa hanya terjadi pada orang tua. Keberhasilan Dokter Indonesia menyembuhkan kasus kanker tersebut menjadi prestasi yang membanggakan sekaligus membuat semua Dokter di Dunia bertanya-tanya.
Namun kanker itu kembali setelah sebuah pesta kebahagiaan sesaat, Keke sadar nafasnya di dunia ini semakin sempit. Ia tidak marah pada Tuhan, ia bersyukur mendapatkan sebuah kesempatan untuk bernafas lebih lama dari vonis 5 hari bertahan hingga 3 tahun lamanya.
Kanker itu datang lagi, namun kali ini dengan lokasi berbeda, di pelipis mata sebelah kanan. Kali ini, ayahnya mencoba cara yang pertama, berharap bisa membunuh kanker nakal itu. Kemoterapi pun dilakukan lagi, seluruh rambut Keke rontok tak bersisa. Tapi sepertinya kanker itu mulai kebal dengan bahan kimia. kanker itu tetap duduk manis di pelipis kanan Keke.
Akhirnya ayahnya mencoba pengobatan ke Singapura, disana dokterpun menyarankan untuk operasi. karena desperdo, mereka pun kembali ke Indonesia dengan kondisi Keke yang semakin parah, Kenker itu mulai menyebar ke seluruh tubuh, ke paru-paru, Jantung dan organ-organ lain. satu hal yang membuat aku terharu, dengan kondisi yang begitu parah, semangat belajar Keke sangat tinggi, dia tetap keukeuh untuk sekolah. bahkan disaat tangan dan kakinya sudah tak mampu lagi digerakkan.
Waktupun berlalu dan kondisi Keke tak juga membaik hingga akhirnya dia harus rawat inap lagi di RSCM dan mengalami koma selama tiga hari. Dalam massa opname itu ada berita yang begitu membanggakan baik untuk Keke dan keluarganya bahwa Allah memang memberikan cobaan sesuai kemampuan hambaNya. Keke membuktikan semua itu.”Keke menjadi juara tiga di kelasnya dalam ujian akhir sekolah.”
Lalu, dokter menyerah terhadap kankernya, di nafasnya terakhir ia menuliskan sebuah surat kecil kepada Tuhan. Surat yang penuh dengan kebesaran hati remaja Indonesia yang berharap tidak ada air mata lagi di dunia ini terjadi padanya, terjadi pada siapapun.
Nafasnya telah berakhir 25 desember 2006 tepat setelah ia menjalankan ibadah puasa dan idul fitri terakhir bersama keluarga dan sahabat-sahabatnya, namun kisahnya menjadi abadi.
  1. Contoh-contoh deiksis yang terdapat pada novel surat kecil untuk Tuhan
No
Halaman
Kutipan
keterangan
1
19
Ayah aku datang bulan” ujarku tersipu malu. Ayah hanya tersenyum seperti ingin menahan tawa.
Deiksis Sosial
2
27
“coba bibi cek di laci meja belajar! Seingat Keke ada disana. ” ujarku santai sambil berbaring di ranjang.
Deiksis tempat
3
27
“wah... kak Kiki jadi lebih keren loh. Jadi kayak satria baja hitam, hehehe”
Deiksis Sosial
4
29
“gapapa, paling sedikit perih aja. Kalau nanti masih sakit ya udah, Keke ikut ke dokter”
Deiksis Waktu
5
30
“ah biarin aja. PD aja lagi. Lagian bukan hal yang heboh kok. Kemarin kan sempet heboh di kelas sebelah juga ada yang kena. Anggep aja ini giliran kelas kita.”
Deiksis Waktu
6
31
“haha... bagus tuh. Makanya bikin trandsetter baru. Besok-besok loe jangan mau kalah pake kaca mata biru dong, Ngel!” jawab Lia.
Deiksis Waktu
7
32
“ya.. Andi juga nggak bisa apa-apa. Nanti Andi mau latihan basket juga. tapi Keke janji ya? Jangan maksa!”
Deiksis Waktu
8
33
“kurang ajar tuh orang! Dikira kita nggak bisa menang apa lawan dia? Kita buktiin ke orang sombong itu kalau kita bisa menang!” ujar Syifa penuh semangat.
Deiksis Orang
9
34
“teman-teman. Sorry ya, gara-gara gua maksa ikut main sekarang jadi berantakan kayak gini. Kalau tadi gua jadi cadangan kan nggak jadi gini”
Deiksis Waktu
10
42
“astaga Prof, kanker itu hanya sekecil kuku. Mengapa operasi harus seperti itu?” tanya ayah kaget.
Deiksis Sosial
11
43
“pak Jodi, kami menunggu keputusan bapak. Silakah bapak diskusikan masalah ini dengan keluarga anda. Lebih cepat lebih baik, karena kanker ini akan tumbuh sangat cepat.”
Deiksis Sosial
12
47
“Keke sakit yah? Maaf ya, ibu baru bisa datang sekarang.”
Deiksis Sosial
13
51
“terserah.. pokoknya mulai besok Keke mau kembali hidup normal.”
Deiksis Waktu
14
59
“iya Ke, Mas indung ini ahlinya. Kamu nggak usah takut!.” jelas ayah.
Deiksis Sosial
15
87
“hehehe.. tenang aja sayang, kamu nanti ayah beliin rambut palsu.”
Deiksis Waktu
16
89
kalian semua jangan menangis, kan Keke tidak apa-apa. Kalau kalian nangis Keke jadi mau tidur lagi aja.. hehehe..” ujarku becanda
Deiksis Orang
17
113
“kamu tenang aja Ke, nggak usah khawatir. Ada ayah, kak Chika, kak Kiki, dan pak Iyus yang nemenin kamu kemana aja. Pokoknya kamu tenang aja. Pokoknya kamu tenang aja. Mendingan kita lanjutkan makan kita ini, oke?” Ujar pak Iyus sambil mengajakku becanda.
Deiksis Orang
18
132
“Andi, terima kasih udah dateng buat Keke. Tapi saat ini, Keke ingin sendiri. Keke tidak mau ada Andi disini”. Andi terdiam.
Deiksis Tempat
19
133
“ayah, kalau Keke kemoterapi lagi. Keke nanti jadi gundul lagi dong?” tanyaku pada ayah.
Deiksis Waktu
20
138
“pasrahlah mas, kalau memang jalannya Tuhan Keke harus pergi, iklaskan. Kasihan dia harus menahan rasa sakit” ujar om-ku.
Deiksis Sosial
21
139
“oh.. artinya aku tidurnya 3 hari dong. Kan kemarin aku tidur kayaknya masih hari senin ya.” Ujarku polos sebab saat itu aku sedang menonton film sinetron yang ku sukai di hari senin.
Deiksis Waktu
22
150
“bukan Keke tidak ingin sembuh, ayah. Keke hanya tidak ingin jauh dari siapapun saat ini. Termasuk ayah. Keke nggak mau ninggalin semuanya yang Keke miliki disini. Keke nggak mau ayah!”
Deiksis Tempat
23
156
“Andi ini jalan terbaik untuk kita. Keke hanya bisa bilang ini sekarang. Kelak Andi pasti tahu mengapa Keke mengambil keputusan ini!”
Deiksis Waktu
24
159
“iya.. kami baca katanya bunga kertas bisa membawa keberuntungan jadi kami buatin untuk kamu supaya kamu beruntung disana
Deiksis Tempat
25
161
“teman-teman. Keke pamit dulu ya.. semoga ketika keke kembali, kalian bisa ada disini menyambut Keke”
Deiksis Orang
26
187
“ya sudah, semua Keke serahkan sama ayah. Nanti biar ayah yang urus”
Deiksis Waktu
27
198
“iya Keke ayah tungguin. Kalau Keke ngantuk, tidur aja. Biar cepet sehat. Ayah akan selalu disini!.”
Deiksis Tempat
28
206
“rasanya Keke pernah melihat kakak” ujarku padanya.
Deiksis Sosial
29
206
“tapi kenapa kita bisa ketemu di Paris ya?” tanyaku padanya dan dia masih terdiam.
Deiksis Orang
30
207
“oh iya ya, Keke sudah berapa lama disini? Sampe lupa sama ayah dan teman-teman” jawabku terlihat panik karena sudah lama bermain dengan kakak cantik itu.
Deiksis Tempat
31
211
ayah, ibu, kak Chika, Kiki!” dan mulutku mulai tak kuat untuk berbicara.
Deiksis Sosial
32
211
“tulis disini, Keke tulis disini”
Deiksis Tempat
Keterangan.
  1. Pada kalimat “Ayah aku datang bulan” ujarku tersipu malu. Ayah hanya tersenyum seperti ingin menahan tawa. Pada kalimat diatas terdapat deiksis sosial karena mengungkapkan atau menunjukkan perbedaan ciri sosial antara pembicara dan lawan bicara atau penulis dan pembaca dengan topik atau rujukan yang dimaksud dalam pembicaraan itu. dalam hal ini penyebutan kata ayah bagi pembicara mempunyai makna dia adalah anak dari lawan bicara.
  2. Pada kalimat “coba bibi cek di laci meja belajar! Seingat Keke ada disana. ” ujarku santai sambil berbaring di ranjang. Terdapat deiksis tempat dalam kalimat diatas karena pemberian bentuk kepada lokasi ruang atau tempat yang dipandang dari lokasi pemeran serta dalam peristiwa berbahasa itu. dalam hal ini penyebutan kata disana, menjadi penunjuk bahwa benda yang dicari berada jauh dari pembicara dan lawan bicara.   
  3. Pada kalimat “wah... kak Kiki jadi lebih keren loh. Jadi kayak satria baja hitam, hehehe” pada kalimat ini terdapat deiksis sosial karena karena mengungkapkan atau menunjukkan perbedaan ciri sosial antara pembicara dan lawan bicara. Dalam hal ini penyebutan kata kak bagi pembicara mempunyai makna bahwa lawan bicaranya adalah orang yang lebih tua darinya.
  4. Pada kalimat “gapapa, paling sedikit perih aja. Kalau nanti masih sakit ya udah, Keke ikut ke dokter” Pada kalimat ini terdapat deiksis waktu pengungkapan atau pemberian bentuk kepada titik atau jarak waktu yang dipandang dari waktu sesuatu ungkapan dibuat. Dalam hal ini terdapat pada kata nanti. Kata nanti bisa direferensikan lain menjadi kapan-kapan.
  5. Pada kalimat “ah biarin aja. PD aja lagi. Lagian bukan hal yang heboh kok. Kemarin kan sempet heboh di kelas sebelah juga ada yang kena. Anggep aja ini giliran kelas kita.” Pada kalimat ini terdapat deiksis waktu pengungkapan atau pemberian bentuk kepada titik atau jarak waktu yang dipandang dari waktu sesuatu ungkapan dibuat. Dalam hal ini terdapat pada kata kemarin. Kata kemarin bermaksud menjelaskan bahwa kejadian tersebut telah terjadi dari waktu sesuatu ungkapan dibuat.
  6. Pada kalimat “haha... bagus tuh. Makanya bikin trandsetter baru. Besok-besok loe jangan mau kalah pake kaca mata biru dong, Ngel!” jawab Lia. Pada kalimat ini terdapat deiksis waktu pengungkapan atau pemberian bentuk kepada titik atau jarak waktu yang dipandang dari waktu sesuatu ungkapan dibuat. Dalam hal ini terdapat pada kata besok-besok. Kata besok-besok bisa direferensikan lain menjadi kapan-kapan.
  7. Pada kalimat “ya.. Andi juga nggak bisa apa-apa. Nanti Andi mau latihan basket juga. tapi Keke janji ya? Jangan maksa!” Pada kalimat ini terdapat deiksis waktu pengungkapan atau pemberian bentuk kepada titik atau jarak waktu yang dipandang dari waktu sesuatu ungkapan dibuat. Dalam hal ini terdapat pada kata nanti. Kata nanti bisa direferensikan lain menjadi kapan-kapan.
  8. Pada kalimat “kurang ajar tuh orang! Dikira kita nggak bisa menang apa lawan dia? Kita buktiin ke orang sombong itu kalau kita bisa menang!” ujar Syifa penuh semangat. Pada kalimat tersebut terdapat deiksis orang karena pemberian rujukan kepada orang atau pemeran serta dalam peristiwa berbahasa. Dalam hal ini terdapat kata kita. Yang menerangkan bahwa pambicara menjadikan dirinya sebagai orang pertama. Dan kata kita itu tidak berarti banyak orang, tapi bisa direferensikan juga sebagian orang.
  9. Pada kalimat “teman-teman. Sorry ya, gara-gara gua maksa ikut main sekarang  jadi berantakan kayak gini. Kalau tadi gua jadi cadangan kan nggak jadi gini” Pada kalimat ini terdapat deiksis waktu pengungkapan atau pemberian bentuk kepada titik atau jarak waktu yang dipandang dari waktu sesuatu ungkapan dibuat. Pada kata sekarang terdapat deiksis waktu karena kata sekarang dapat direferensikan bahwa hal itu dikerjakan sekarang, tapi tidak dijelaskan kapan tepatnya.
  10. Pada kalimat “astaga Prof, kanker itu hanya sekecil kuku. Mengapa operasi harus seperti itu?” tanya ayah kaget. Pada kalimat tersebut terdapat deiksis sosial karena mengungkapkan atau menunjukkan perbedaan ciri sosial antara pembicara dan lawan bicara atau penulis dan pembaca dengan topik atau rujukan yang dimaksud dalam pembicaraan itu. pada kalimat Prof. Dapat direferensikan bahwa penyebutan prof adalah gelar yang dimiliki oleh lawan bicara yaitu profesor.
  11. Pada kalimat “pak Jodi, kami menunggu keputusan bapak. Silakah bapak diskusikan masalah ini dengan keluarga anda. Lebih cepat lebih baik, karena kanker ini akan tumbuh sangat cepat.” Terdapat deiksis sosial karena kata pak dalam penyebutan yang dilakukan pembicara dimaksudkan untuk mengganti kata sapaan kepada lawan bicara supaya terlihat sopan.
  12. Pada kalimat “Keke sakit yah? Maaf ya, ibu baru bisa datang sekarang.” Dalam kalimat tersebut terdapat deiksis sosial karena penggunaan kata ibu dalam sebuah kata yang disebut oleh pembicara untuk mengganti kata sapaan sekaligus untuk menerangkan bahwa ia adalah ibu dari lawan bicaranya.
  13. Pada kalimat “terserah.. pokoknya mulai besok Keke mau kembali hidup normal.” Pada kalimat tersebut terdapat deiksis waktu yang terdapat dalam kata besok yang dapat direferensikan dengan kata kapan-kapan.
  14. Pada kalimat “iya Ke, Mas indung ini ahlinya. Kamu nggak usah takut!.” jelas ayah. Terdapat deiksis sosial pada kalimat di atas. Ini dapat dilihat dari kata mas yang dapat direferensikan untuk mengganti kata sapaan untuk menunjukan bahwa orang yang disebut pembicara memiliki usia lebih dewasa dengan lawan bicara.
  15. Pada kalimat “hehehe.. tenang aja sayang, kamu nanti ayah beliin rambut palsu.” Terdapat deiksis waktu dalam kalimat tersebut. Ini dapat dilihat pada kata nanti. Kata nanti disini dapat direferensikan manjadi kapan-kapan.
  16. Pada kalimat “kalian semua jangan menangis, kan Keke tidak apa-apa. Kalau kalian nangis Keke jadi mau tidur lagi aja.. hehehe..” ujarku becanda. Terdapat deiksis orang pada kelimat tersebut. Ini dapat dilihat dari kata kalian yang dapat direferensikan sebagai pengganti orang kedua yang dikategorikan menjadi rujukan kepada seseorang (atau lebih) lawan bicara atau siapa yang dituju dalam pembicaraan.
  17. Pada kalimat “kamu tenang aja Ke, nggak usah khawatir. Ada ayah, kak Chika, kak Kiki, dan pak Iyus yang nemenin kamu kemana aja. Pokoknya kamu tenang aja. Pokoknya kamu tenang aja. Mendingan kita lanjutkan makan kita ini, oke?” Ujar pak Iyus sambil mengajakku becanda. Terdapat deiksis sosial karena penggunaan kata pak dalam kalimat di atas menyatakan bahwa lawan bicara memanggil si pembicara dengan panggilan pak yang menyatakan suatu sapaan agar terdengar sopan.
  18. Pada kalimat “Andi, terima kasih udah dateng buat Keke. Tapi saat ini, Keke ingin sendiri. Keke tidak mau ada Andi disini”. Andi terdiam. Termasuk deiksis tempat karena terdapat kata disini dalam kalimat tersebut. Kata disini pada kalimat diatas memiliki makna bahwa tempat yang ditempati oleh pembicara berada dekat. 
  19. Pada kalimat “ayah, kalau Keke kemoterapi lagi. Keke nanti jadi gundul lagi dong?” tanyaku pada ayah. Pada kalimat ini terdapat deiksis waktu pengungkapan atau pemberian bentuk kepada titik atau jarak waktu yang dipandang dari waktu sesuatu ungkapan dibuat. Dalam hal ini terdapat pada kata nanti. Kata nanti bisa direferensikan lain menjadi kapan-kapan.
  20. Pada kalimat “pasrahlah mas, kalau memang jalannya Tuhan Keke harus pergi, iklaskan. Kasihan dia harus menahan rasa sakit” ujar om-ku. Terdapat deiksis sosial pada kalimat di atas. Ini dapat dilihat dari kata mas yang dapat direferensikan untuk mengganti kata sapaan untuk menunjukan bahwa orang yang disebut pembicara memiliki usia lebih dewasa dengan lawan bicara.
  21. Pada kalimat “oh.. artinya aku tidurnya 3 hari dong. Kan kemarin aku tidur kayaknya masih hari senin ya.” Ujarku polos sebab saat itu aku sedang menonton film sinetron yang ku sukai di hari senin. Pada kalimat ini terdapat deiksis waktu pengungkapan atau pemberian bentuk kepada titik atau jarak waktu yang dipandang dari waktu sesuatu ungkapan dibuat. Dalam hal ini terdapat pada kata kemarin. Kata kemarin bermaksud menjelaskan bahwa kejadian tersebut telah terjadi dari waktu sesuatu ungkapan dibuat.
  22. Pada kalimat “bukan Keke tidak ingin sembuh, ayah. Keke hanya tidak ingin jauh dari siapapun saat ini. Termasuk ayah. Keke nggak mau ninggalin semuanya yang Keke miliki disini. Keke nggak mau ayah!” Termasuk deiksis tempat karena terdapat kata disini dalam kalimat tersebut. Kata disini pada kalimat diatas memiliki makna bahwa tempat yang ditempati oleh pembicara berada dekat. 
  23. Pada kalimat “Andi ini jalan terbaik untuk kita. Keke hanya bisa bilang ini sekarang. Kelak Andi pasti tahu mengapa Keke mengambil keputusan ini!” Pada kalimat ini terdapat deiksis waktu pengungkapan atau pemberian bentuk kepada titik atau jarak waktu yang dipandang dari waktu sesuatu ungkapan dibuat. Pada kata sekarang terdapat deiksis waktu karena kata sekarang dapat direferensikan bahwa hal itu dikerjakan sekarang, tapi tidak dijelaskan kapan tepatnya.
  24. Pada kalimat “iya.. kami baca katanya bunga kertas bisa membawa keberuntungan jadi kami buatin untuk kamu supaya kamu beruntung disana” Terdapat deiksis tempat dalam kalimat diatas karena pemberian bentuk kepada lokasi ruang atau tempat yang dipandang dari lokasi pemeran serta dalam peristiwa berbahasa itu. dalam hal ini penyebutan kata disana, menjadi penunjuk bahwa benda yang dicari berada jauh dari pembicara dan lawan bicara.  
  25. Pada kalimat “teman-teman. Keke pamit dulu ya.. semoga ketika keke kembali, kalian bisa ada disini menyambut Keke” Terdapat deiksis orang pada kelimat tersebut. Ini dapat dilihat dari kata kalian yang dapat direferensikan sebagai pengganti orang kedua yang dikategorikan menjadi rujukan kepada seseorang (atau lebih) lawan bicara atau siapa yang dituju dalam pembicaraan.
  26. Pada kalimat “ya sudah, semua Keke serahkan sama ayah. Nanti biar ayah yang urus” Pada kalimat ini terdapat deiksis waktu pengungkapan atau pemberian bentuk kepada titik atau jarak waktu yang dipandang dari waktu sesuatu ungkapan dibuat. Dalam hal ini terdapat pada kata nanti. Kata nanti bisa direferensikan lain menjadi kapan-kapan.
  27. Pada kalimat “iya Keke ayah tungguin. Kalau Keke ngantuk, tidur aja. Biar cepet sehat. Ayah akan selalu disini!.” Termasuk deiksis tempat karena terdapat kata disini dalam kalimat tersebut. Kata disini pada kalimat diatas memiliki makna bahwa tempat yang ditempati oleh pembicara berada dekat.
  28. Pada kalimat “rasanya Keke pernah melihat kakak” ujarku padanya. Terdapat deiksis sosial pada kalimat di atas. Ini dapat dilihat dari kata kakak yang dapat direferensikan untuk mengganti kata sapaan untuk menunjukan bahwa lawan bicara memiliki usia yang lebih dewasa.
  29. Pada kalimat “tapi kenapa kita bisa ketemu di Paris ya?” tanyaku padanya dan dia masih terdiam. Terdapat deiksis orang karena pemberian rujukan kepada orang atau pemeran serta dalam peristiwa berbahasa. Dalam hal ini terdapat kata kita. Yang menerangkan bahwa pambicara menjadikan dirinya sebagai orang pertama. Dan kata kita itu tidak berarti banyak orang, tapi bisa direferensikan juga sebagian orang.
  30. Pada kalimat “oh iya ya, Keke sudah berapa lama disini? Sampe lupa sama ayah dan teman-teman” jawabku terlihat panik karena sudah lama bermain dengan kakak cantik itu. Termasuk deiksis tempat karena terdapat kata disini dalam kalimat tersebut. Kata disini pada kalimat diatas memiliki makna bahwa tempat yang ditempati oleh pembicara berada dekat
  31. Pada kalimat “ayah, ibu, kak Chika, Kiki!” dan mulutku mulai tak kuat untuk berbicara. Terdapat deiksis sosial karena mengungkapkan atau menunjukkan perbedaan ciri sosial antara pembicara dan lawan bicara atau penulis dan pembaca dengan topik atau rujukan yang dimaksud dalam pembicaraan itu. dalam hal ini penyebutan kata ayah, ibu, dan kak  bagi pembicara mempunyai makna dia memiliki hubungan kekerabatan dangan lawan bicara.
  32. Pada kalimat “tulis disini, Keke tulis disini” Termasuk deiksis tempat karena terdapat kata disini dalam kalimat tersebut. Kata disini pada kalimat diatas memiliki makna bahwa tempat yang ditempati oleh pembicara berada dekat.












BAB IV
Penutup
A.    Kesimpulan
Dari contoh-contoh deiksis yang terdapat dalam novel Surat Kecil Untuk Tuhan terdapat beberapa jenis deiksis, diantaranya ada deiksis waktu, deiksis tempat, deiksis orang, dan deiksis sosial.
Adapun beberapa rinciannya antara lain: terdapat 11 kalimat yang merupakan deiksis waktu, 9 kalimat deiksis sosial, 7 kalimat deiksis tempat, dan 5 kalimat deiksis orang.
Jadi  deiksis yang paling banyak digunakan dalam contoh kalimat yang terdapat dalam novel surat kecil untuk Tuhan adalah deiksis waktu.












Daftar pustaka
Davonar, Agnes. 2008. Surat Kecil Untuk Tuhan. Jakarta: Inandra Publiser.
http://odazzander.blogspot.com/2011/10/deiksis-dan-variasinya-pragmatik.html
yusrizalfirzal.wordpress.com/2011/03/11/deiksis/