BAB
I
Pendahuluan
- Latar
belakang
Manusia dilahirkan di dalam dunia
sosial di mana mereka harus bergaul dengan manusia lain yang di sekitarnya.
Sejak awal hidupnya dia sudah bergaul sosial dengan terdekat, meskipun bentuk
masih satu arah-orang tua berbicara, dan bayi hanya mendengarnya saja. Dalam
perkembangan hidup selanjutnya, dia mulai memperoleh bahasa setapak demi
setapak. Pada saat yang sama, dia juga sudah dibawa ke dalam kehidupan sosial
di mana terdapat rambu-rambu perilaku kehidupan. Rambu-rambu ini diperlukan
karena meskipun manusia itu dilahirkan bebas, tetap saja dia harus hidup
bermasyarakat. Ini berarti bahwa dia harus pula menguasai norma-norma sosial
budaya yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Sebagian dari norma-norma ini
tertanam dalam bahasa sehinngga kempetensi anak tidak hanya terbatas pada apa
yang dinamakan pemakaian bahasa (language usage) tetapi juga penggunaan bahasa
(language use). Dengan kata lain, anak harus pula menguasai kemampuan
pragmatik.
Suatu informasi pada dasarnya mensyaratkan
kecukupan (sufficient) dalam struktur internal informasi itu sendiri sehingga
orang yang diajak komunikasi dapat memahami pesan dengan tepat. Persoalan akan
muncul, bagaimana jika informasi itu hanya dapat dipahami dari konteksnya.
Pragmatik adalah studi tentang
makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh
pendengar (atau pembaca). Sebagai akibat studi ini lebih banyak berhubungan
dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya
daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam
tuturan itu sendiri. Pragmatik adalah
kajian tentang penggunaan bahasa sesungguhnya. Pragmatik mencakup bahasan
tentang deiksis, praanggapan, tindak tutur, dan implikatur percakapan. Deiksis
adalah kata yang tidak memiliki referen yang tetap ( tetapi berubah-ubah )
seperti kata saya, sini, sekarang. Misalnya dalam dialog antara A dan B, saya
secara bergantian mengacu kepada A atau B. Kata sini mengacu kepada tempat yang
dekat dengan penutur, kata sekarang mengacu kepada waktu ketika penutur sedang
berbicara.
Deiksis adalah istilah yang
digunakan untuk menunjukkan keniscayaan hadirnya acuan ini dalam suatu
informasi. Menariknya, meski deiksis ini erat kaitannya dengan konteks
berbahasa, namun tidak masuk dalam kajian pragmatik karena sifatnya yang
teramat penting dalam memahami makna semantik. Dengan kata lain deiksis
merupakan ikhtiar pragmatik untuk memahami makna semantik.
- Rumusan
Masalah
Ada
beberapa masalah yang muncul dalam materi yang disampaikan diantaranya:
1. Apa
itu Deiksis?
2. Apa
saja jenis-jenis deiksis?
3. Penerapan
contoh deiksis dalam sebuah novel yang berjudul Surat Kecil Untuk Tuhan?
- Tujuan
Ada
beberapa tujuan yang diininkan dalam penulisan makalah ini, diantaranya:
1. Untuk
memenuhi tugas mata kuliah pragmatik.
2. Untuk
mengetahui apa itu deiksis.
3. Untuk
mengetahui jenis-jenis deiksis.
4. Untuk
mengetahui contoh-contoh deiksis yang terdapat pada novel surat kecil untuk
Tuhan.
BAB
II
Landasan
Teori
- Pengertian
Deiksis
Deiksis adalah kata atau frasa yang
menghunjuk kepada kata, frasa, atau ungkapan yang telah dipakai atau yang akan
diberikan (Agustina, 1995:40). Purwo (1984:1) menjelaskan bahwa sebuah kata
dikatakan bersifat deiksis apabila referennya berpindah-pindah atau
berganti-ganti, tergantung pada siapa yang menjadi sipembicara dan tergantung
pada saat dan tempat dituturkannya kata itu.
Pengertian deiksis yang lain
dikemukakan oleh Lyons (1977:637) dalam Djajasudarma (2010:51) yang menjelaskan
bahwa deiksis adalah lokasi dan identifikasi orang, objek, peristiwa, proses
atau kegiatan yang sedang dibicarakan atau yang sedang diacu dalam hubungannya
dengan dimensi ruang dan waktunya, pada saat dituturkan oleh pembicara atau
yang diajak bicara. Dari penjelasan di atas disimpulkan bahwa deiksis adalah kata,
frasa, atau ungkapan yang rujukannya berpindah-pindah tergantung siapa yang
menjadi pembicara dan waktu, dan tempat dituturkannya satuan bahasa tersebut.
Perhatikan
contoh kalimat berikut.
1. Begitulah
isi sms yang dikirimkannya padaku dua hari yang lalu.
2. Hari
ini bayar, besok gratis.
3. Jika
Anda berkenan, di tempat ini Anda dapat menunggu saya dua jam lagi.
Dari contoh di atas, kata-kata yang
dicetak miring dikategorikan sebagai dieksis. Pada kalimat (1) yang dimaksud
dengan begitulah tidak bisa diketahui karena uraian berikutnya tidak
dijelaskan. Pada kalimat (2) kapan yang dimaksud dengan hari ini dan besok juga
tidak jelas, karena kalimat itu terpampang setiap hari di sebuah kafetaria.
Pada kalimat (3) kata Anda tidak jelas rujukannya, apakah seorang wanita atau
pria, begitu juga frasa di tempat ini lokasinya tidak jelas.
Semua kata dan frasa yang tidak
jelas pada kalimat di atas dapat diketahui jika konteks untuk masing-masing
kalimat tersebut disertakan. Dalam berpragmatik kalimat seperti di atas wajar
hadir di tengah-tengah pembicaraan karena konteks pembicaraan sudah disepakati
antara si pembicara dan lawan bicara.
- Jenis-jenis
Deiksis
Dalam
pragmatik, deiksis dibagi menjadi lima jenis yaitu sebagai berikut.
1. Deiksis
Orang
Deiksis
orang merupakan deiksis yang merujuk pada tokoh/pemeran cerita dalam peristiwa
berbahasa: orang I, II, dan III. Di dalam menentukan deiksis orang dapat
diketahui dengan disusun secara sosial dan dengan demikian tergantung pada
deiksis sosialnya. Contoh:
1. Saya
dan Adit menampilkan drama, kita hanya main-main saja.
2. Hey,
kau keledai tolol, angkat barang-barang itu!
3. Lani
harus bersikap sopan kepada Kakek.
2. Deiksis
Tempat
Deiksis
tempat dapat diuraikan diantara banyak parameter yang sama dan berlaku pada
deiksis waktu. Hal ini disebabkan, misalnya karena acuan pada tempat pada
bersifat absolute atau relative. Acuan absolute pada tempat menempatkan objek
atau orang pada panjang atau luas khusus,sedangkan acuan relative menempatkan
orang dan tempat dalam kaitannya satu sama lain dan dalam kaitannya dengan
penutur. Deiksis ini merupakan pemberian bentuk kepada tempat, dipandang dari
lokasi pemeran dalam peristiwa berbahasa atau merujuk pada lokasi, ruang, atau tempat:
a. yang
dekat dengan pembicara (di sini)
b. yang
jauh dari pembicara, tapi dekat dengan pendengar (di situ)
c. yang
jauh dari pembicara dan pendengar (di sana)
Contoh:
a. Saya
pergi ke kampus, di sana teman-teman sudah menunggu.
b. Rumah
sakit terdekat jauhnya dua ratus mil dari sini.
3. Deiksis
Waktu
Deiksis
waktu paling sering mengkodekan unit-unit waktu yang berbeda, maka
istilah-istilah ini dapat melakukannya dengan suatu cara yang mengacu pada
bagian-bagian yang lebih besar atau lebih kecil dalam unit-unit tersebut. Pengungkapan jarak waktu dipandang dari
waktu suatu tuturan diproduksi oleh pembicara seperti sekarang, kemarin, besok,
lusa, hari ini, dsb yang mengarah pada
waktu atau jarak. Contoh:
-
Kemarin, Nurahda tidak
datang ke kampus.
-
Lusa Fitri dan Farel
akan pergi ke puncak untuk berlibur.
4. Deiksis
Wacana
Dalam
deiksis wacana, ungkapan linguistik digunakan untuk mengacu pada suatu bagian
tertentu dari wacana yang lebih luas (baik teks tertulis maupun teks lisan)
tempat terjadinya ungkapan-ungkapan. Misalnya disebutkan terlebih dahulu; yang
pertama, berikut ini disebutkan kemudian atau setelahnya; tersebut, demikian,
dsb).Contoh:
- ‘Ngeong…, ngeong…, ngeong’ begitu bunyi
kucing (anafora)
- Bunyi kucing adalah ‘ngeong…, ngeong…,
ngeong’ (katafora)
5. Deiksis
Sosial
Deiksis
sosial mengungkapkan perbedaan-perbedaan kemasyarakatan yang terdapat antar
partisipan yang terlibat dalam peristiwa berbahasa. Deiksis ini menyebabkan
adanya kesopanan berbahasa. Contoh:
-
Perempuan itu adalah
seorang tunawicara.
-
Apakah saya bisa
menemui Bapak hari ini?
BAB
III
Pembahasan
- Sinopsis
Novel ini menceritakan tentang
perjuangan gadis remaja dalam melawan kanker ganas, Rabdomiosarkoma (kanker
Jaringan Lunak). Dialah Gita Sessa Wanda Cantika, kita mengenalnya sebagai
mantan artis cilik era 1998. gadis kecil inilah tokoh utama dalam novel Surat Kecil
Untuk Tuhan yang divonis menderita kanker ganas dan diprediksi hidupnya hanya
tinggal 5 hari lagi. Kanker jaringan lunak itu menggerogoti bagian wajahnya
sehingga terlihat buruk menjadi seperti monster. Walau dalam keadaan sulit,
Keke terus berjuang untuk tetap hidup dan tetap bersekolah layaknya gadis
normal lainnya.
Orang tuanya berat mengambil
keputusan, bagaimanapun juga sebagai orang tuanya, mereka tidak tega melihat
separuh wajah putrinya harus hilang karena operasi. Maka, ayah berserta
keluarga merahasiakan kanker itu pada Keke, panggilan gadis remaja aktif dengan
sejuta prestasi model dan tarik suara.
Namun akhirnya Keke tau bahwa ia
terserang kanker ganas, ia pasrah dan tidak marah pada siapapun yang
merahasiakan penyakit maut itu padanya. Ia memberikan senyum kepada siapapun
dan menunjukkan perjuangannya bahwa dengan kanker diwajahnya ia masih mampu
berprestasi dan hidup normal di bangku sekolah. Tuhan menunjukkan kebesaran
hati dengan memberikan nafas panjang padanya untuk lepas dari kanker itu sesaat
Sang Ayah, Joddy Tri Aprianto tidak
menyerah. Ia terus berjuang agar sang putri kesayangannya itu dapat terlepas
dari vonis kematiannya. Perjuangan sang ayah dalam menyelamatkan putrinya
tersebut begitu mengharukan. Ayahnya berusaha untuk mencari pengobatan
alternatif dan berkeliling ke seluruh Indonesia, tapi hasilnya nihil. Mau tak
mau ayahnya kembali ke ilmu medis dan menurut dokter, ada satu cara lain yang
bisa membunuh kanker itu, kemoterapi.
Perjuangan Keke melawan kanker
membuahkan hasil. Dengan segala upaya orang tuanya, Gita mendapatkan kesempatan
untuk sembuh setelah bertahan selama 6 bulan melalui kemotrapi untuk membunuh
sel-sel kanker yang menggerogoti tubuhnya. Sekali Kemotrapi, mampu merontokkan
semua rambut yang ada di tubuhnya, dan tubuh kecil Gita harus menjalaninya
hingga 25 kali untuk bisa sembuh.
Kebesaran Tuhan membuatnya dapat
bersama dengan keluarga serta sahabat yang ia cintai lebih lama. Kasus kanker
ganas yang diidap oleh Gita menjadi kasus pertama yang terjadi di Indonesia dan
menjadi sebuah perdebatan di kalangan kedokteran karena kanker tersebut biasa
hanya terjadi pada orang tua. Keberhasilan Dokter Indonesia menyembuhkan kasus
kanker tersebut menjadi prestasi yang membanggakan sekaligus membuat semua
Dokter di Dunia bertanya-tanya.
Namun kanker itu kembali setelah
sebuah pesta kebahagiaan sesaat, Keke sadar nafasnya di dunia ini semakin
sempit. Ia tidak marah pada Tuhan, ia bersyukur mendapatkan sebuah kesempatan
untuk bernafas lebih lama dari vonis 5 hari bertahan hingga 3 tahun lamanya.
Kanker itu datang lagi, namun kali
ini dengan lokasi berbeda, di pelipis mata sebelah kanan. Kali ini, ayahnya
mencoba cara yang pertama, berharap bisa membunuh kanker nakal itu. Kemoterapi
pun dilakukan lagi, seluruh rambut Keke rontok tak bersisa. Tapi sepertinya
kanker itu mulai kebal dengan bahan kimia. kanker itu tetap duduk manis di
pelipis kanan Keke.
Akhirnya ayahnya mencoba pengobatan
ke Singapura, disana dokterpun menyarankan untuk operasi. karena desperdo,
mereka pun kembali ke Indonesia dengan kondisi Keke yang semakin parah, Kenker
itu mulai menyebar ke seluruh tubuh, ke paru-paru, Jantung dan organ-organ
lain. satu hal yang membuat aku terharu, dengan kondisi yang begitu parah,
semangat belajar Keke sangat tinggi, dia tetap keukeuh untuk sekolah. bahkan
disaat tangan dan kakinya sudah tak mampu lagi digerakkan.
Waktupun berlalu dan kondisi Keke
tak juga membaik hingga akhirnya dia harus rawat inap lagi di RSCM dan
mengalami koma selama tiga hari. Dalam massa opname itu ada berita yang begitu
membanggakan baik untuk Keke dan keluarganya bahwa Allah memang memberikan
cobaan sesuai kemampuan hambaNya. Keke membuktikan semua itu.”Keke menjadi
juara tiga di kelasnya dalam ujian akhir sekolah.”
Lalu, dokter menyerah terhadap
kankernya, di nafasnya terakhir ia menuliskan sebuah surat kecil kepada Tuhan.
Surat yang penuh dengan kebesaran hati remaja Indonesia yang berharap tidak ada
air mata lagi di dunia ini terjadi padanya, terjadi pada siapapun.
Nafasnya telah berakhir 25 desember
2006 tepat setelah ia menjalankan ibadah puasa dan idul fitri terakhir bersama
keluarga dan sahabat-sahabatnya, namun kisahnya menjadi abadi.
- Contoh-contoh
deiksis yang terdapat pada novel surat kecil untuk Tuhan
No
|
Halaman
|
Kutipan
|
keterangan
|
1
|
19
|
“Ayah aku datang bulan” ujarku tersipu
malu. Ayah hanya tersenyum seperti ingin menahan tawa.
|
Deiksis Sosial
|
2
|
27
|
“coba bibi cek di laci meja belajar! Seingat Keke
ada disana. ” ujarku santai sambil berbaring di ranjang.
|
Deiksis tempat
|
3
|
27
|
“wah... kak Kiki jadi lebih keren loh. Jadi
kayak satria baja hitam, hehehe”
|
Deiksis Sosial
|
4
|
29
|
“gapapa, paling sedikit perih aja. Kalau nanti
masih sakit ya udah, Keke ikut ke dokter”
|
Deiksis Waktu
|
5
|
30
|
“ah biarin aja. PD aja lagi. Lagian bukan hal yang
heboh kok. Kemarin kan sempet heboh di kelas sebelah juga ada yang
kena. Anggep aja ini giliran kelas kita.”
|
Deiksis Waktu
|
6
|
31
|
“haha... bagus tuh. Makanya bikin trandsetter
baru. Besok-besok loe jangan mau kalah pake kaca mata biru dong,
Ngel!” jawab Lia.
|
Deiksis Waktu
|
7
|
32
|
“ya.. Andi juga nggak bisa apa-apa. Nanti
Andi mau latihan basket juga. tapi Keke janji ya? Jangan maksa!”
|
Deiksis Waktu
|
8
|
33
|
“kurang ajar tuh orang! Dikira kita nggak
bisa menang apa lawan dia? Kita buktiin ke orang sombong itu kalau kita bisa
menang!” ujar Syifa penuh semangat.
|
Deiksis Orang
|
9
|
34
|
“teman-teman. Sorry ya, gara-gara gua maksa ikut
main sekarang jadi berantakan kayak gini. Kalau tadi gua jadi cadangan
kan nggak jadi gini”
|
Deiksis Waktu
|
10
|
42
|
“astaga Prof, kanker itu hanya sekecil
kuku. Mengapa operasi harus seperti itu?” tanya ayah kaget.
|
Deiksis Sosial
|
11
|
43
|
“pak Jodi, kami menunggu keputusan bapak.
Silakah bapak diskusikan masalah ini dengan keluarga anda. Lebih cepat lebih
baik, karena kanker ini akan tumbuh sangat cepat.”
|
Deiksis Sosial
|
12
|
47
|
“Keke sakit yah? Maaf ya, ibu baru bisa
datang sekarang.”
|
Deiksis Sosial
|
13
|
51
|
“terserah.. pokoknya mulai besok Keke mau
kembali hidup normal.”
|
Deiksis Waktu
|
14
|
59
|
“iya Ke, Mas indung ini ahlinya. Kamu nggak
usah takut!.” jelas ayah.
|
Deiksis Sosial
|
15
|
87
|
“hehehe.. tenang aja sayang, kamu nanti
ayah beliin rambut palsu.”
|
Deiksis Waktu
|
16
|
89
|
“kalian semua jangan menangis, kan Keke
tidak apa-apa. Kalau kalian nangis Keke jadi mau tidur lagi aja.. hehehe..”
ujarku becanda
|
Deiksis Orang
|
17
|
113
|
“kamu tenang aja Ke, nggak usah khawatir. Ada
ayah, kak Chika, kak Kiki, dan pak Iyus yang nemenin kamu kemana aja.
Pokoknya kamu tenang aja. Pokoknya kamu tenang aja. Mendingan kita lanjutkan
makan kita ini, oke?” Ujar pak Iyus sambil mengajakku becanda.
|
Deiksis Orang
|
18
|
132
|
“Andi, terima kasih udah dateng buat Keke. Tapi
saat ini, Keke ingin sendiri. Keke tidak mau ada Andi disini”. Andi
terdiam.
|
Deiksis Tempat
|
19
|
133
|
“ayah, kalau Keke kemoterapi lagi. Keke nanti
jadi gundul lagi dong?” tanyaku pada ayah.
|
Deiksis Waktu
|
20
|
138
|
“pasrahlah mas, kalau memang jalannya Tuhan
Keke harus pergi, iklaskan. Kasihan dia harus menahan rasa sakit” ujar om-ku.
|
Deiksis Sosial
|
21
|
139
|
“oh.. artinya aku tidurnya 3 hari dong. Kan kemarin
aku tidur kayaknya masih hari senin ya.” Ujarku polos sebab saat itu aku
sedang menonton film sinetron yang ku sukai di hari senin.
|
Deiksis Waktu
|
22
|
150
|
“bukan Keke tidak ingin sembuh, ayah. Keke hanya
tidak ingin jauh dari siapapun saat ini. Termasuk ayah. Keke nggak mau
ninggalin semuanya yang Keke miliki disini. Keke nggak mau ayah!”
|
Deiksis Tempat
|
23
|
156
|
“Andi ini jalan terbaik untuk kita. Keke hanya
bisa bilang ini sekarang. Kelak Andi pasti tahu mengapa Keke mengambil
keputusan ini!”
|
Deiksis Waktu
|
24
|
159
|
“iya.. kami baca katanya bunga kertas bisa membawa
keberuntungan jadi kami buatin untuk kamu supaya kamu beruntung disana”
|
Deiksis Tempat
|
25
|
161
|
“teman-teman. Keke pamit dulu ya.. semoga ketika
keke kembali, kalian bisa ada disini menyambut Keke”
|
Deiksis Orang
|
26
|
187
|
“ya sudah, semua Keke serahkan sama ayah. Nanti
biar ayah yang urus”
|
Deiksis Waktu
|
27
|
198
|
“iya Keke ayah tungguin. Kalau Keke ngantuk, tidur
aja. Biar cepet sehat. Ayah akan selalu disini!.”
|
Deiksis Tempat
|
28
|
206
|
“rasanya Keke pernah melihat kakak” ujarku
padanya.
|
Deiksis Sosial
|
29
|
206
|
“tapi kenapa kita bisa ketemu di Paris ya?”
tanyaku padanya dan dia masih terdiam.
|
Deiksis Orang
|
30
|
207
|
“oh iya ya, Keke sudah berapa lama disini?
Sampe lupa sama ayah dan teman-teman” jawabku terlihat panik karena sudah
lama bermain dengan kakak cantik itu.
|
Deiksis Tempat
|
31
|
211
|
“ayah, ibu, kak Chika, Kiki!” dan mulutku
mulai tak kuat untuk berbicara.
|
Deiksis Sosial
|
32
|
211
|
“tulis disini, Keke tulis disini”
|
Deiksis Tempat
|
Keterangan.
- Pada
kalimat “Ayah aku datang bulan” ujarku tersipu malu. Ayah hanya
tersenyum seperti ingin menahan tawa. Pada kalimat diatas terdapat deiksis
sosial karena mengungkapkan atau menunjukkan perbedaan ciri sosial antara
pembicara dan lawan bicara atau penulis dan pembaca dengan topik atau
rujukan yang dimaksud dalam pembicaraan itu. dalam hal ini penyebutan kata
ayah bagi pembicara mempunyai makna dia adalah anak dari lawan bicara.
- Pada
kalimat “coba bibi cek di laci meja belajar! Seingat Keke ada disana.
” ujarku santai sambil berbaring di ranjang. Terdapat deiksis tempat dalam
kalimat diatas karena pemberian bentuk kepada lokasi ruang atau tempat
yang dipandang dari lokasi pemeran serta dalam peristiwa berbahasa itu.
dalam hal ini penyebutan kata disana, menjadi penunjuk bahwa benda yang
dicari berada jauh dari pembicara dan lawan bicara.
- Pada
kalimat “wah... kak Kiki jadi lebih keren loh. Jadi kayak satria
baja hitam, hehehe” pada kalimat ini terdapat deiksis sosial karena karena
mengungkapkan atau menunjukkan perbedaan ciri sosial antara pembicara dan
lawan bicara. Dalam hal ini penyebutan kata kak bagi pembicara mempunyai
makna bahwa lawan bicaranya adalah orang yang lebih tua darinya.
- Pada
kalimat “gapapa, paling sedikit perih aja. Kalau nanti masih sakit
ya udah, Keke ikut ke dokter” Pada kalimat ini terdapat deiksis waktu pengungkapan
atau pemberian bentuk kepada titik atau jarak waktu yang dipandang dari
waktu sesuatu ungkapan dibuat. Dalam hal ini terdapat pada kata nanti.
Kata nanti bisa direferensikan lain menjadi kapan-kapan.
- Pada
kalimat “ah biarin aja. PD aja lagi. Lagian bukan hal yang heboh kok. Kemarin
kan sempet heboh di kelas sebelah juga ada yang kena. Anggep aja ini
giliran kelas kita.” Pada kalimat ini terdapat deiksis waktu pengungkapan
atau pemberian bentuk kepada titik atau jarak waktu yang dipandang dari
waktu sesuatu ungkapan dibuat. Dalam hal ini terdapat pada kata kemarin.
Kata kemarin bermaksud menjelaskan bahwa kejadian tersebut telah terjadi
dari waktu sesuatu ungkapan dibuat.
- Pada
kalimat “haha... bagus tuh. Makanya bikin trandsetter baru. Besok-besok
loe jangan mau kalah pake kaca mata biru dong, Ngel!” jawab Lia. Pada
kalimat ini terdapat deiksis waktu pengungkapan atau pemberian bentuk
kepada titik atau jarak waktu yang dipandang dari waktu sesuatu ungkapan
dibuat. Dalam hal ini terdapat pada kata besok-besok. Kata besok-besok
bisa direferensikan lain menjadi kapan-kapan.
- Pada
kalimat “ya.. Andi juga nggak bisa apa-apa. Nanti Andi mau latihan
basket juga. tapi Keke janji ya? Jangan maksa!” Pada kalimat ini terdapat
deiksis waktu pengungkapan atau pemberian bentuk kepada titik atau jarak
waktu yang dipandang dari waktu sesuatu ungkapan dibuat. Dalam hal ini
terdapat pada kata nanti. Kata nanti bisa direferensikan lain menjadi
kapan-kapan.
- Pada
kalimat “kurang ajar tuh orang! Dikira kita nggak bisa menang apa lawan
dia? Kita buktiin ke orang sombong itu kalau kita bisa menang!”
ujar Syifa penuh semangat. Pada kalimat tersebut terdapat deiksis orang
karena pemberian rujukan kepada orang atau pemeran serta dalam peristiwa
berbahasa. Dalam hal ini terdapat kata kita. Yang menerangkan bahwa
pambicara menjadikan dirinya sebagai orang pertama. Dan kata kita itu
tidak berarti banyak orang, tapi bisa direferensikan juga sebagian orang.
- Pada
kalimat “teman-teman. Sorry ya, gara-gara gua maksa ikut main sekarang
jadi berantakan kayak gini. Kalau
tadi gua jadi cadangan kan nggak jadi gini” Pada kalimat ini terdapat
deiksis waktu pengungkapan atau pemberian bentuk kepada titik atau jarak
waktu yang dipandang dari waktu sesuatu ungkapan dibuat. Pada kata
sekarang terdapat deiksis waktu karena kata sekarang dapat direferensikan
bahwa hal itu dikerjakan sekarang, tapi tidak dijelaskan kapan tepatnya.
- Pada
kalimat “astaga Prof, kanker itu hanya sekecil kuku. Mengapa
operasi harus seperti itu?” tanya ayah kaget. Pada kalimat tersebut
terdapat deiksis sosial karena mengungkapkan atau menunjukkan perbedaan
ciri sosial antara pembicara dan lawan bicara atau penulis dan pembaca
dengan topik atau rujukan yang dimaksud dalam pembicaraan itu. pada
kalimat Prof. Dapat direferensikan bahwa penyebutan prof adalah gelar yang
dimiliki oleh lawan bicara yaitu profesor.
- Pada
kalimat “pak Jodi, kami menunggu keputusan bapak. Silakah bapak
diskusikan masalah ini dengan keluarga anda. Lebih cepat lebih baik,
karena kanker ini akan tumbuh sangat cepat.” Terdapat deiksis sosial
karena kata pak dalam penyebutan yang dilakukan pembicara dimaksudkan
untuk mengganti kata sapaan kepada lawan bicara supaya terlihat sopan.
- Pada
kalimat “Keke sakit yah? Maaf ya, ibu baru bisa datang sekarang.”
Dalam kalimat tersebut terdapat deiksis sosial karena penggunaan kata ibu
dalam sebuah kata yang disebut oleh pembicara untuk mengganti kata sapaan
sekaligus untuk menerangkan bahwa ia adalah ibu dari lawan bicaranya.
- Pada
kalimat “terserah.. pokoknya mulai besok Keke mau kembali hidup
normal.” Pada kalimat tersebut terdapat deiksis waktu yang terdapat dalam
kata besok yang dapat direferensikan dengan kata kapan-kapan.
- Pada
kalimat “iya Ke, Mas indung ini ahlinya. Kamu nggak usah takut!.” jelas
ayah. Terdapat deiksis sosial pada kalimat di atas. Ini dapat dilihat dari
kata mas yang dapat direferensikan untuk mengganti kata sapaan untuk
menunjukan bahwa orang yang disebut pembicara memiliki usia lebih dewasa
dengan lawan bicara.
- Pada
kalimat “hehehe.. tenang aja sayang, kamu nanti ayah beliin rambut
palsu.” Terdapat deiksis waktu dalam kalimat tersebut. Ini dapat dilihat
pada kata nanti. Kata nanti disini dapat direferensikan manjadi
kapan-kapan.
- Pada
kalimat “kalian semua jangan menangis, kan Keke tidak apa-apa. Kalau kalian
nangis Keke jadi mau tidur lagi aja.. hehehe..” ujarku becanda. Terdapat
deiksis orang pada kelimat tersebut. Ini dapat dilihat dari kata kalian
yang dapat direferensikan sebagai pengganti orang kedua yang dikategorikan
menjadi rujukan kepada seseorang (atau lebih) lawan bicara atau siapa yang
dituju dalam pembicaraan.
- Pada
kalimat “kamu tenang aja Ke, nggak usah khawatir. Ada ayah, kak Chika, kak
Kiki, dan pak Iyus yang nemenin kamu kemana aja. Pokoknya kamu
tenang aja. Pokoknya kamu tenang aja. Mendingan kita lanjutkan makan kita
ini, oke?” Ujar pak Iyus sambil mengajakku becanda. Terdapat deiksis
sosial karena penggunaan kata pak dalam kalimat di atas menyatakan bahwa lawan
bicara memanggil si pembicara dengan panggilan pak yang menyatakan suatu
sapaan agar terdengar sopan.
- Pada
kalimat “Andi, terima kasih udah dateng buat Keke. Tapi saat ini, Keke
ingin sendiri. Keke tidak mau ada Andi disini”. Andi terdiam.
Termasuk deiksis tempat karena terdapat kata disini dalam kalimat
tersebut. Kata disini pada kalimat diatas memiliki makna bahwa tempat yang
ditempati oleh pembicara berada dekat.
- Pada
kalimat “ayah, kalau Keke kemoterapi lagi. Keke nanti jadi gundul
lagi dong?” tanyaku pada ayah. Pada kalimat ini terdapat deiksis waktu
pengungkapan atau pemberian bentuk kepada titik atau jarak waktu yang
dipandang dari waktu sesuatu ungkapan dibuat. Dalam hal ini terdapat pada
kata nanti. Kata nanti bisa direferensikan lain menjadi kapan-kapan.
- Pada
kalimat “pasrahlah mas, kalau memang jalannya Tuhan Keke harus
pergi, iklaskan. Kasihan dia harus menahan rasa sakit” ujar om-ku. Terdapat deiksis sosial pada
kalimat di atas. Ini dapat dilihat dari kata mas yang dapat direferensikan
untuk mengganti kata sapaan untuk menunjukan bahwa orang yang disebut
pembicara memiliki usia lebih dewasa dengan lawan bicara.
- Pada
kalimat “oh.. artinya aku tidurnya 3 hari dong. Kan kemarin aku
tidur kayaknya masih hari senin ya.” Ujarku polos sebab saat itu aku
sedang menonton film sinetron yang ku sukai di hari senin. Pada kalimat
ini terdapat deiksis waktu pengungkapan atau pemberian bentuk kepada titik
atau jarak waktu yang dipandang dari waktu sesuatu ungkapan dibuat. Dalam
hal ini terdapat pada kata kemarin. Kata kemarin bermaksud menjelaskan
bahwa kejadian tersebut telah terjadi dari waktu sesuatu ungkapan dibuat.
- Pada
kalimat “bukan Keke tidak ingin sembuh, ayah. Keke hanya tidak ingin jauh
dari siapapun saat ini. Termasuk ayah. Keke nggak mau ninggalin semuanya
yang Keke miliki disini. Keke nggak mau ayah!” Termasuk deiksis
tempat karena terdapat kata disini dalam kalimat tersebut. Kata disini
pada kalimat diatas memiliki makna bahwa tempat yang ditempati oleh
pembicara berada dekat.
- Pada
kalimat “Andi ini jalan terbaik untuk kita. Keke hanya bisa bilang ini
sekarang. Kelak Andi pasti tahu mengapa Keke mengambil keputusan ini!”
Pada kalimat ini terdapat deiksis waktu pengungkapan atau pemberian bentuk
kepada titik atau jarak waktu yang dipandang dari waktu sesuatu ungkapan
dibuat. Pada kata sekarang terdapat deiksis waktu karena kata sekarang
dapat direferensikan bahwa hal itu dikerjakan sekarang, tapi tidak
dijelaskan kapan tepatnya.
- Pada
kalimat “iya.. kami baca katanya bunga kertas bisa membawa keberuntungan
jadi kami buatin untuk kamu supaya kamu beruntung disana” Terdapat
deiksis tempat dalam kalimat diatas karena pemberian bentuk kepada lokasi
ruang atau tempat yang dipandang dari lokasi pemeran serta dalam peristiwa
berbahasa itu. dalam hal ini penyebutan kata disana, menjadi penunjuk
bahwa benda yang dicari berada jauh dari pembicara dan lawan bicara.
- Pada
kalimat “teman-teman. Keke pamit dulu ya.. semoga ketika keke kembali, kalian
bisa ada disini menyambut Keke” Terdapat deiksis orang pada kelimat
tersebut. Ini dapat dilihat dari kata kalian yang dapat direferensikan
sebagai pengganti orang kedua yang dikategorikan menjadi rujukan kepada
seseorang (atau lebih) lawan bicara atau siapa yang dituju dalam
pembicaraan.
- Pada
kalimat “ya sudah, semua Keke serahkan sama ayah. Nanti biar ayah
yang urus” Pada kalimat ini terdapat deiksis waktu pengungkapan atau
pemberian bentuk kepada titik atau jarak waktu yang dipandang dari waktu
sesuatu ungkapan dibuat. Dalam hal ini terdapat pada kata nanti. Kata
nanti bisa direferensikan lain menjadi kapan-kapan.
- Pada
kalimat “iya Keke ayah tungguin. Kalau Keke ngantuk, tidur aja. Biar cepet
sehat. Ayah akan selalu disini!.” Termasuk deiksis tempat karena
terdapat kata disini dalam kalimat tersebut. Kata disini pada kalimat
diatas memiliki makna bahwa tempat yang ditempati oleh pembicara berada
dekat.
- Pada
kalimat “rasanya Keke pernah melihat kakak” ujarku padanya. Terdapat
deiksis sosial pada kalimat di atas. Ini dapat dilihat dari kata kakak
yang dapat direferensikan untuk mengganti kata sapaan untuk menunjukan bahwa
lawan bicara memiliki usia yang lebih dewasa.
- Pada
kalimat “tapi kenapa kita bisa ketemu di Paris ya?” tanyaku padanya
dan dia masih terdiam. Terdapat deiksis orang karena pemberian rujukan
kepada orang atau pemeran serta dalam peristiwa berbahasa. Dalam hal ini
terdapat kata kita. Yang menerangkan bahwa pambicara menjadikan dirinya
sebagai orang pertama. Dan kata kita itu tidak berarti banyak orang, tapi
bisa direferensikan juga sebagian orang.
- Pada
kalimat “oh iya ya, Keke sudah berapa lama disini? Sampe lupa sama
ayah dan teman-teman” jawabku terlihat panik karena sudah lama bermain
dengan kakak cantik itu. Termasuk deiksis tempat karena terdapat kata
disini dalam kalimat tersebut. Kata disini pada kalimat diatas memiliki
makna bahwa tempat yang ditempati oleh pembicara berada dekat
- Pada
kalimat “ayah, ibu, kak Chika, Kiki!” dan mulutku mulai tak kuat
untuk berbicara. Terdapat deiksis sosial karena mengungkapkan atau
menunjukkan perbedaan ciri sosial antara pembicara dan lawan bicara atau
penulis dan pembaca dengan topik atau rujukan yang dimaksud dalam
pembicaraan itu. dalam hal ini penyebutan kata ayah, ibu, dan kak bagi pembicara mempunyai makna dia
memiliki hubungan kekerabatan dangan lawan bicara.
- Pada
kalimat “tulis disini, Keke tulis disini” Termasuk deiksis tempat
karena terdapat kata disini dalam kalimat tersebut. Kata disini pada
kalimat diatas memiliki makna bahwa tempat yang ditempati oleh pembicara
berada dekat.
BAB
IV
Penutup
A. Kesimpulan
Dari contoh-contoh deiksis yang
terdapat dalam novel Surat Kecil Untuk Tuhan terdapat beberapa jenis deiksis,
diantaranya ada deiksis waktu, deiksis tempat, deiksis orang, dan deiksis
sosial.
Adapun beberapa rinciannya antara
lain: terdapat 11 kalimat yang merupakan deiksis waktu, 9 kalimat deiksis
sosial, 7 kalimat deiksis tempat, dan 5 kalimat deiksis orang.
Jadi deiksis yang paling banyak digunakan dalam
contoh kalimat yang terdapat dalam novel surat kecil untuk Tuhan adalah deiksis
waktu.
Daftar
pustaka
Davonar,
Agnes. 2008. Surat Kecil Untuk Tuhan. Jakarta: Inandra Publiser.
http://odazzander.blogspot.com/2011/10/deiksis-dan-variasinya-pragmatik.html
yusrizalfirzal.wordpress.com/2011/03/11/deiksis/