Senin, 21 Januari 2013

Perkembangan Bimbingan Peserta Didik



BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar belakang
            Setiap anak memiliki sifat dan karakter yang  berbeda-beda dan beraneka ragam sesuai dengan masing-masing pola pikir yang mereka miliki. Ada yang memiliki sifat pendiam, pemalu pemberani maupun penakut. Sifat-sifat itu pula yang membentuk karakter mereka menjadi apa yang mereka kehendaki dan mereka inginkan.
            Selain sifat dan karakter ada pula yang harus anak tersebut miliki agar menunjang kemampuan mereka dalam kehidupan di masa depannya, yaitu kecakapan  dan kepribadian. Kecakapan yang dimiliki oleh setiap anak berbeda-beda sesuai dengan kemampuan dari anak itu sendiri. Sebagian anak mungkin mempunyai kecakapan di atas rata-rata, dengan kata lain Mereka mampu bertindak secara cepat, tepat dan mudah sesuai dengan waktu yang singkat, hasilnya sesuai dengan yang diharapkan dan tidak mendapatkan kesulitan yang berarti.
            Sebagai seorang guru, kita harus memiliki kemampuan psikologi agar kita mampu membaca karakter yang ada dalam diri anak-anak yang kita hadapi. Selain itu kita juga harus mampu mengamati bagaimana kepribadian yang dimiliki anak-anak itu. Entah itu dari segi gaya, cara mereka bicara, bertindak, memecahkan masalah, mengerjakan tugas, menulis dan lain sebagainya.
            Setiap anak memiliki kecakapan bukan karena kelahiran atau pun keturunan melainkan karena perkembangan dan pengalamannya.






  1. Rumusan masalah
            Bertitik tolak dari latar belakang mengenai keragaman dalam kecakapan dan kepribadian serta faktor-faktor yang mempengaruhinya yang kami dapatkan, terdapat beberapa macam masalah. Maka untuk mempermudah pembahasan dalam makalah ini, kami telah membaginya dalam beberapa partanyaan sebagai berikut:
1.      Mencakup apa saja keragaman individual dalam kecakapan?
2.      Bagaimana keragaman individual dalam kepribadian?
3.      Apa saja teknik dan instrumen pengukuran dan pemahaman kecakapan dan kepribadian?
4.      Apa saja faktor yang mempengaruhi timbulnya keragaman dalam kecakapan dan kepribadian?
           
  1. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk:
1.      memenuhi tugas mata kuliah perkembangan dan bimbingan peserta didik.
2.      menyebutkan dan menjelaskan tentang pengertian, indicator, pengukuran, dan penggolongan perilaku intelegen.
3.      Menyebutkan dan menjelaskan tentang pengertian, ciri-ciri pemahaman dan pengukuran, serta penggolongan tipe-tipe kepribadian.
4.      Menyebutkan dan menjelaskan beberapa jenis penggunaan instrument pengukuran kecakapan dan kepribadian serta membaca tefsiran hasil pengukurannya.
5.      Menyebutkan serta menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya keragaman dalam kecakapan dan kepribadian.



BAB II
PEMBAHASAN

  1. Keragaman individual dalam kecakapan
            Seorang guru yang baru saja pertama kali berada di dalam kelas, mungkin baru akan menginsyafi bahwa siswa yang dihadapinya sangat beragam dalam hal karakteristik fisiknya, gaya dan cara bertindak, berbicara, berkomunikasi, mengerjakan tugas, memecahkan masalah, dan sebagainya. Maka dari itu, psikologi sangat penting untuk dipahami oleh seorang guru.
            Terhadap seseorang yang tampak dapat bertindak secara cepat dalam waktu singkat, tepat dalam hal ini hasilnya sesuai dengan yang diharapkan, dan dengan mudah tanpa menemui hambatan yang berarti, lazimnya kita sebut cakap. Dalam bahasa psikologi dapat digunakan sebutan orang itu berperilaku inteligen.
            Pengertian perilaku inteligen ada kaitannya dengan konsep inteligensi. Ia bukanlah substansi atau suatu benda atau kekuatan, yang terletak dalam bagian tertentu dari tubuh seseorang, melainkan penyifatan kualifikasi perilaku individu yang menunjukan pernyataan inteligen yang digunakan.
            Individu beroleh kecakapan tertentu bukan karena kelahirannya semata, melainkan juga karena perkembangan dan pengalamannya. Memang ia dipengaruhi potensi dasar atau kapasitas untuk berperilaku inteligen. Dengan demikian, sesungguhnya kecakapan individu atau yang sering juga disebut abilitas itu dapat dibedakan kedalam dua kategori, yaitu:
1.      Kecakapan nyata atau aktual, yang menunjukkan kepada aspek kecakapan yang segera dapat didemonstrasikan dan diuji sekarang juga karena merupakan hasil atau belajar yang bersangkutan dengan cara, bahan, dan dalam hal tertentu yang telah dijalaninya.
2.      Kecakapan potensial, yang menunjukkan kepada aspek kecakapan yang masih terkandung dalam diri yang bersangkutan dan diperoleh secara pembawaan kelahiran, yang mungkin dapat merupakan abilitas dasar umum dan abilitas dasar khusus dalam bidang tertentu.
Adapun inteligensi dan bakat itu hanya dapat dideteksi dengan mengidentifikasi indicator-indikator yang dimanifestasikan dalam kualifikasi perilaku seperti dijelaskan terdahulu. Witherington (1952) menunjukan lebih terperinci manifestasi dari indicator-indikator perilaku inteligen itu, antara lain:
1.      Kemudahan dalam menggunakan bilangan
2.      Efisiensi dalam berbahasa
3.      Kecepatan dalam pengamatan
4.      Kemudahan dalam mengingat
5.      Kemudahan dalam memahami hubungan
6.      Imajinasi
                        Berdasarkan data atau informasi hasil pengukuran tersebut, para  ahli  telah   mengadakan pengelompokan, yang diperlukan bagi proses seleksi atau penempatan orang-           orang, menurut inteligensi pelakunya, antara lain:
1.      Dalam term kecakapan dasar umum, orang-orang yang berasal dari atau berada lama dalam populasi produk dapat dibagi ke dalam kategori, antara lain:
a.       Supertor atau jenius mereka yang dapat bertindak jauh lebih cepat dan dengan kemudahan dibandingkan dengan kelompok lainnya.
b.      Normal mereka yang rata-rata atau pada umumnya dapat bertindak biasa dengan kecepatan, ketepatan, dan kemudahannya seperti tampak pada sebagian besar anggota kelompoknya menurut batasan-batasan waktu dan tingkat kesukaran yang telah ditetapkan.



c.       Sub-normal atau mentally defective atau mentally retarted mereka yang bertindak jauh lebih lambat kecepatannya dibandingkan dengan anggota kelompok lainnya. Yang lebih teliti lagi dibedakan lebih lanjut kedalam kategori orang-orang:
1.      Debil (maron) yang masih mendekati orang normal yang berusia sekitar 9-10 tahun.
2.      Imbecil mendekati orang normal sekitar usia 5-6 tahun.
3.      Idiot mendekati orang normal berusia di bawah 4 tahun.
2.      Dalam term kecakapan dasar khusus  orang-orang dapat dikelompokan ke dalam kategori yang memiliki kemampuan dasar khusus dalam  bidang:
a.       Bilangan
b.      Bahasa
c.       Tiitkan ruang
d.      Titikan hubungan sosial
e.       Gerak motoris 
                        Para guru pun sebenarnya bukan mustahil untuk dapat mendeteksi klasifikasi kecakapan      para siswa, kalau mau mencoba melakukan pengamatan secara teliti dan sistematik, meski          hanya bersifat tentatif sekalipun sifatnya adalah sebagai berikut:
1.      Dalam menandai kecakapan dasar umum siswa, guru dapat mengamati secara lugitudinal atau mengikuti urutan waktu perkembangannya dari saat ke saat dan cross sectional yaitu dalam waktu serempak membandingkan siswa satu kategori umur dengan lainnya dalam kelas atau kelompok siswa mana pun hingga dapat ditemukan:
a.        Siswa-siswa yang cenderung lebih cepat dan mudah menyelesaikan tugas pekerjaannya dibandingkan temannya yang lain, jauh lebih awal dari jumlah waktu yang ditetapkan.
b.      Siswa-siswa yang cenderung mencapai hasil rata-rata saja dan hanya dapat menyelesaikan tugas pekerjaannya persis atau sekitar batas waktu yang ditetapkan.
c.       Siswa-siswa yang cenderung selalu mencapai hasil lebih rendah dari prestasi kelas atau kelompoknya dan hampir tidak pernah dapat menyelesaikan tugas pekerjaannya sampai dengan batas waktu yang ditetapkan.
2.      Dalam menandai kecakapan dasar khusus siswa, para guru juga dapat menggunakan pola pendekatan yang sama. Pada kesempatan ini, observasi lebih difokuskan ke dalam mata pelajaran atau bidang studi atau kelompok bidang studi yang secara konseptual dapat dikategorikan ke dalam, antara lain:
a.       Bidang studi humaniora-filosofis (PMP, Agama, dan sebagainya)
b.      Bidang studi humaniora cultural (bahasa, sastra, seni, dan sebagainya)
c.       Bidang studi sosial (IPS, dan sebagainya)
d.      Bidang eksakta (IPA, matematika, dan sebagainya)
e.       Bidang studi teknologis (keterampilan, prakarya, PKK, dan sebagainya)
f.       Bidang studi psikomotoris (olahraga dan sebagainya)
                        Meskipun hanya bersifat tentatif, para guru akan dapat berbuat banyak untuk melakukan                    penyesuaian yang lebih memadai terhadap kondisi objektif para siswanya.
  1. Keragaman individual dalam kepribadian
            Kalau kecakapan hanya mewujudkan kualifikasi inteligensinya dari prilaku individu, maka kepribadian menunjukkan kepada kualitas total perilaku yang tampak dalam melakukan penyesaian dirinya terhadap lingkungan secara unik. Yang dimaksudkan dengan kata unik di sini ialah menjelaskan bahwa kualitas perilaku itu bersifat khas sehingga dapat dibedakan individu yang satu dari yang lainnya.keunikannya itu didukung oleh struktur organisasi ciri-ciri jiwa raganya yang terbentuk secara dinamis.



            Ciri-ciri jiwa raga misalnya, konstritusi dan kondisi fisik, tampang dan penampilan, proporsi dan kondisi hormon, darah dan cairan tubuh lainnya,, segi-segi kognitif, apektif, konatif tersebut saling berhubungan dan berpengaruh atau interdependensi satu sama lain sehingga mewujudkan suatu sistem yang kesemuanya itu akan mewarnai dan menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan, seperti yang tampak dalam interaksinya dengan lingkungannya, antara lain:
1.      Konsekuen tindakannya dalam mematuhi aturan etika perilaku, atau teguh tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat, konsisten tidaknya tindakannya dalam menghadapi situasi lingkungan yang serupa atau berbeda-beda yang lazim kita kenal sebagai karakter.
2.      Cepat atau lambatnya mereaksi respon, bukan masalah penyelesaian tugas pekerjaan saja terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungannya yang lazim dikenal sebagai temperamen.
3.      Positif, negatif atau ambivalensi sambutannya terhadap objek-objek berupa orang, benda, peristiwa, norma atau nilai etis, estetis, dan sebagainya yang lazim dikenal sebagai sikap (attitude)
4.      Mudah tidaknya tersinggung, marah, menangis, atau putus asa, yang kita sebut stebilita emosional.
5.      Menerima, cuci tangan, atau melarikan diri dari resiko, atas tindakan dan perbuatannya, yang kita kenal sebagai tanggng jawab.
6.      Keterbukaan atau ketertutupan dirinya serta kemampuannya berkomunikasi dengan orang lain, yang kita kenal sebagai sosialibitas.
      Dengan ditetapkannya beberapa indikator sebagai manifestasi dari aspek-asprk kepribadian, beberapa pendekatan dalam rangka memahaminya dapat dilakukan dengan:
1.      Teknik wawancara dengan mernciptakan situasi percakapan yang berstruktur dan dibakukan.
2.      Teknik studi kasus dengan melakukan analisis yang kompehensif terhadap semua bentuk informasi yang dapat dihimpun mengenai diri seseorang, termasuk perkembangan sejarah hidupnya.
                        Lebih lanjut lagi apabila dapat ditunjang oleh berbagai informasi yang dijabarkan dari hasil pengukuran dengan beberapa teknik yang mungkin, antara lain:
a.       Skala penilaian
b.      Kuesioner atau inventori
c.       Tes situasi
d.      Tes proyeksi 
                        Data atau informasi hasil pengukuran terhadap kelompok, ciri-ciri kepribadian tersebut dapat diorganisasikan terhadap suatu table grafika sehingga akan memberikan gambaran secara keseluruhan mengenai profil kepribadian individu yang bersangkutan, antara lain:
1.      Kalau ternyata kelompok ciri kepribadian itu satu sama lain bersesuaian atau interkorelasinya positif tinggi, dapat dikatakan terdapat integrasi kepribadian, atau dengan ungkapan lain yang juga sering digunakan, yang demikian itu disebut juga kepribadian ganda. Hal itu mengimplikasikan bahwa perilaku yang bersangkutan kurang atau tidak konsisten.
2.      Kecenderungan posisi atau letak nilai-nilai skala dalam tebel itu kearah daerah yang lebih positif atau negatif, dapat juga menunjukan kecenderungan arah sikap atau perhatian dari yang bersangkutan sebagai introversi, ekstraversi, atau ambivalensi.
                        Kalau dikatakan bahwa struktur kepribadian itu terorganisasi secara dinamis, hal itu mengandung makna bahwa sampai batas tertentu pola kepribadian itu mengalami perkembangan dan aspek-aspek tertentunya masih mungkin mengalamu perubahan (plastis dan fleksibel).
  1. Beberaapa teknik dan intrumen pengukuran kecakapan dadn kepribadian
            Di antara alat ukur kecakapan dasar yang paling banyak dikenal dan digunakan, juga di Indonesia, ialah test binet simon (verbal test) yang dikembangkan sejak tahun 1905 di Perancis dan direvisi serta dikembangkan  di Stanford (USA) mulai tahun 1916.
            Dalam konteks tes ini, indeks kecerdasan (kecakapan dasar umum) seseorang dinyatakan dengan IQ (intelligence quotient) yang diperoleh dengan jalan membandingkan hasil jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang disiapkan untuk tingkat-tingkat umur tertentu yang disebut MA (mental age, umur kecerdasan) dengan umur yang sebenarnya menurut kelahiran yang disebut CA (chronological age, umur kronologi). Jadi, IQ= MA : CA X 100. Atas dasar hasil penelitian terhadap sejumlah sampel yang dipandang mencerminkan populasinya, telah dapat dikembangkan suatu sistem norma ukuran kecerdasan dalam konteks tes ini ialah sebagai berikut:
IQ
Percent of the population
Classification
Over 140
1
Genius (jenius)
130-139
2
Very superior (sangat unggul)
120-129
8
Very superior (sangat unggul)
110-119
16
Superior (unggul)
100-109
23
Average (normal)
90-99
23
Average (normal)
80-89
16
Dull average (mendekati normal)
70-79
8
Borderline (lambat)
60-69
2
Mentally devicient ( terbelakang)
Below 60
1
Mentally devicient (terbelakang)

            Test binet-simon dipersiapkan untuk orang yang berusia mulai 3-15 tahun. Perhitungan IQ untuk orang yang berusia lebih dari 15 tahun, CA-nya diperhitungkan menurut tingkat usia 15 tahun ini, dengan asumsi bahwa perkembangan kecerdasan mencapai kemantapannya (mature) pada tingkat usia tersebut. Mengingat tes ini bersifat verbal, maka penggunaannya pun disiapkan mulai untuk usia tiga tahun, dengan anggapan pula bahwa mulai usia tersebut anak telah mengerti pertanyaan-pertanyaan atau perintah-perintah secara verbal. Tes lain yang nonverbal dan cultural free (sampai batas tertentu), ialah tes progressive metrices (PS), yang dikembangkan di Inggris oleh Reven,
            Untuk mendeteksi dasar khusus telah pula ada berbagai perangkat ukurnya, antara lain SRA-PMA (science research association- primary mental abilities), DTA (differential aptitude tests), FACT (Flanagan aptitude classification tests). Tes ini dapat digunakan untuk mengungkapkan, antara lain:
V         = verbal comprehension (pemahaman kata)
W         = word fluency (kefasihan mengungkapkan kata)
N         = number (pemahaman bilangan)
S          = space (tilikan ruang)
M         = associative memory (daya mengingat secara assosiatif)
P          = perceptual speed (kecepatan pengamatan)
I or R   = induction or general reasoning (berpikir logis)
Mo       = motor (kecakapan gerak)
            Secara teoritis, kecenderungan-kecenderungan bakat khusus baru dapat dideteksi mulai usia sekitar 5 tahun, seperti diungkapkan oleh:
Chicago PMA (usia 11-17 tahun)                   M, V, W, N, S, R
SRA-PMA        (usia 11-17 tahun)                   V, W, N, S, R
SRA-PMA        (usia 7-11 tahun)                     V, M, S, R, P
SRA-PMA        (usia -7 tahun)                         V, Q, S, Q, P, Mo
Q = a rudimentary quantitative
            Dengan memperhatikan penonjolan-penonjolan score yang dicapai anak yang bersangkutan dalam tes yang sesuau dengan tingkatan-tingkaatan usianya itu, kita dapat melihat ddalam hal bakat mana seseorang itu cenderung kuat kecakapan dasar khususnya.
            Di antara alat ukur kepribadian yang amat penting diketahui parra guru ialah yang berkenaan dengan minat, sikap, dan kebiasaan belajar. Intrumen yang telah dikembangkan antara lain strong-VIB (strong-vocation interest blank), kuder-vocational, the alllport-vernon-lindzey study of value. Yang terakhir itu dapat digunakan untuk mengungkapkan enam minat dasar atau mtif-motif dan sikap penilaian terhadap sistem nilai yang dijabarkan dari tipe manusia yang dikembangkan oleh spranger, ialah:
1.      Teoretis (theoritical) ditandai oleh minatnya yang dominan untuk menemukan kebenaran dengan pendekatan empiris, kritis, rasional, dan intelektual.
2.      Ekonomis (economical) ditandai dengan mengutamakan nilai kegunaan dan kepraktisan.
3.      Estetis (aesthetical) ditandai dengan menempatkan nilai tertinggi pada bentuk keharmonisan, serasi, dan simetris.
4.      Sosial (social) ditandai dengan mengutamakan nilai kebersamaan, kemanfaatan, dan kebaikan sesama manusia, solidaritas dan filantropis.
5.      Politis (political) ditandai dengan minat yang dominan untuk kepentingan pengaruh dan kekuatan abadi, ketenaran dirinya.
6.      Religius (religious) sangat berkempentingan dengan penghayatan kesatuan penngalaman secara keseluruhan dalam kaitannya dengan alam semesta dan Maha Pencipta.
                        Pada dasarnya alat ukur tentang minat, sikap, dan kebiasaan itu dikembangkan dalam bentuk skala, yang antara lain tipe skala likert. Dalam skala ini, responden diharapkan menandai salah satu di antara lima kategori yang disusun secara kontinum, yaitu: A/SS (strongly agree/sangat setuju), A/S (agree/setuju), U/R (undecided/ragu-ragu), D/TS (disagree/tidak setuju) dan SD/STS (stronglydisagree/sangat tidak setuju) terhadap setiap pernyataan  atau pertanyaan yang ada.
  1. Beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya keragaman dalam kecakapan dan kepribadian
            Setiap implisit dalam berbagai penjelasan terdahulu telah dikatakan bahwa baik pada kecakapan dasar maupun kepribadian ada aspek-aspek yang dimiliki oleh individu karena kelahiran dan ada yang karena pengalaman melalui interaksi dengan lingkungannya, antara lain melalui proses belajar. Sebagian lagi diperlihatkan oleh beberapa instrumen dasar khusus, bergantung kepada perkembangan umur individu yang bersangkutan.

            Beberapa bukti saling mempengaruhi antara pembawaan dan lingkungan ini, dikemukakan oleh Woodworth antara lain:
a.       Eksperimen dengan anak kembar sama yang dibasarkan lingkungan keluarga dan sekolah berbeda, ternyata IQ yang tadinya identik menunjukan perbedaan sekitar 15 butir.
b.      Eksperimen dengan menciptakan lingkungan hidup yang sama dalam suatu asrama terhadap sejumlah anak yang berbeda pembawaannya, ternyata tetap saja menunjukan perbedaan dalam prestasinya.
c.       Adanya hibrida menunjukan bahwa bibit itu terpengaruh begitu juga himar (anak kuda dan keledai)
d.      Adanya keraksasaan pertumbuhan tubuh luar biasa cepatnya, termasuk juga kekerdilan, menunjukkan pengaruh lingkungan yang kekurangan atau kelebihan zat tertentu.           



 
 BAB III
PENUTUP
  1. Kesimpulan
            kecakapan individu atau yang sering juga disebut abilitas itu dapat dibedakan kedalam dua kategori, yaitu:
a.       Kecakapan nyata atau aktual, yang menunjukkan kepada aspek kecakapan yang segera dapat didemonstrasikan dan diuji sekarang juga karena merupakan hasil atau belajar yang bersangkutan dengan cara, bahan, dan dalam hal tertentu yang telah dijalaninya.
b.      Kecakapan potensial, yang menunjukkan kepada aspek kecakapan yang masih terkandung dalam diri yang bersangkutan dan diperoleh secara pembawaan kelahiran, yang mungkin dapat merupakan abilitas dasar umum dan abilitas dasar khusus dalam bidang tertentu.
           











DAFTAR PUSTAKA
Makmun, Abin Syamsudin. 2007. Psikologi kependidikan. Rosda: Bandung.