BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar belakang
Setiap anak memiliki sifat dan
karakter yang berbeda-beda dan beraneka
ragam sesuai dengan masing-masing pola pikir yang mereka miliki. Ada yang
memiliki sifat pendiam, pemalu pemberani maupun penakut. Sifat-sifat itu pula
yang membentuk karakter mereka menjadi apa yang mereka kehendaki dan mereka
inginkan.
Selain sifat dan karakter ada pula
yang harus anak tersebut miliki agar menunjang kemampuan mereka dalam kehidupan
di masa depannya, yaitu kecakapan dan
kepribadian. Kecakapan yang dimiliki oleh setiap anak berbeda-beda sesuai
dengan kemampuan dari anak itu sendiri. Sebagian anak mungkin mempunyai
kecakapan di atas rata-rata, dengan kata lain Mereka mampu bertindak secara
cepat, tepat dan mudah sesuai dengan waktu yang singkat, hasilnya sesuai dengan
yang diharapkan dan tidak mendapatkan kesulitan yang berarti.
Sebagai seorang guru, kita harus
memiliki kemampuan psikologi agar kita mampu membaca karakter yang ada dalam
diri anak-anak yang kita hadapi. Selain itu kita juga harus mampu mengamati
bagaimana kepribadian yang dimiliki anak-anak itu. Entah itu dari segi gaya,
cara mereka bicara, bertindak, memecahkan masalah, mengerjakan tugas, menulis
dan lain sebagainya.
Setiap anak memiliki kecakapan bukan
karena kelahiran atau pun keturunan melainkan karena perkembangan dan
pengalamannya.
- Rumusan masalah
Bertitik tolak dari latar belakang
mengenai keragaman dalam kecakapan dan kepribadian serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya yang kami dapatkan, terdapat beberapa macam masalah. Maka untuk
mempermudah pembahasan dalam makalah ini, kami telah membaginya dalam beberapa
partanyaan sebagai berikut:
1.
Mencakup apa saja keragaman
individual dalam kecakapan?
2.
Bagaimana keragaman individual
dalam kepribadian?
3.
Apa saja teknik dan instrumen
pengukuran dan pemahaman kecakapan dan kepribadian?
4.
Apa saja faktor yang mempengaruhi
timbulnya keragaman dalam kecakapan dan kepribadian?
- Tujuan
Tujuan
penyusunan makalah ini adalah untuk:
1.
memenuhi tugas mata kuliah
perkembangan dan bimbingan peserta didik.
2.
menyebutkan dan menjelaskan
tentang pengertian, indicator, pengukuran, dan penggolongan perilaku intelegen.
3.
Menyebutkan dan menjelaskan
tentang pengertian, ciri-ciri pemahaman dan pengukuran, serta penggolongan
tipe-tipe kepribadian.
4.
Menyebutkan dan menjelaskan
beberapa jenis penggunaan instrument pengukuran kecakapan dan kepribadian serta
membaca tefsiran hasil pengukurannya.
5.
Menyebutkan serta menjelaskan
beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya keragaman dalam kecakapan dan
kepribadian.
BAB
II
PEMBAHASAN
- Keragaman individual dalam kecakapan
Seorang guru yang baru saja pertama
kali berada di dalam kelas, mungkin baru akan menginsyafi bahwa siswa yang
dihadapinya sangat beragam dalam hal karakteristik fisiknya, gaya dan cara bertindak,
berbicara, berkomunikasi, mengerjakan tugas, memecahkan masalah, dan
sebagainya. Maka dari itu, psikologi sangat penting untuk dipahami oleh seorang
guru.
Terhadap seseorang yang tampak dapat
bertindak secara cepat dalam waktu singkat, tepat dalam hal ini hasilnya sesuai
dengan yang diharapkan, dan dengan mudah tanpa menemui hambatan yang berarti,
lazimnya kita sebut cakap. Dalam bahasa psikologi dapat digunakan sebutan orang
itu berperilaku inteligen.
Pengertian perilaku inteligen ada
kaitannya dengan konsep inteligensi. Ia bukanlah substansi atau suatu benda
atau kekuatan, yang terletak dalam bagian tertentu dari tubuh seseorang,
melainkan penyifatan kualifikasi perilaku individu yang menunjukan pernyataan
inteligen yang digunakan.
Individu beroleh kecakapan tertentu
bukan karena kelahirannya semata, melainkan juga karena perkembangan dan
pengalamannya. Memang ia dipengaruhi potensi dasar atau kapasitas untuk
berperilaku inteligen. Dengan demikian, sesungguhnya kecakapan individu atau
yang sering juga disebut abilitas itu dapat dibedakan kedalam dua kategori,
yaitu:
1.
Kecakapan nyata atau aktual, yang
menunjukkan kepada aspek kecakapan yang segera dapat didemonstrasikan dan diuji
sekarang juga karena merupakan hasil atau belajar yang bersangkutan dengan
cara, bahan, dan dalam hal tertentu yang telah dijalaninya.
2.
Kecakapan potensial, yang
menunjukkan kepada aspek kecakapan yang masih terkandung dalam diri yang
bersangkutan dan diperoleh secara pembawaan kelahiran, yang mungkin dapat
merupakan abilitas dasar umum dan abilitas dasar khusus dalam bidang tertentu.
Adapun
inteligensi dan bakat itu hanya dapat dideteksi dengan mengidentifikasi
indicator-indikator yang dimanifestasikan dalam kualifikasi perilaku seperti
dijelaskan terdahulu. Witherington (1952) menunjukan lebih terperinci
manifestasi dari indicator-indikator perilaku inteligen itu, antara lain:
1.
Kemudahan dalam menggunakan
bilangan
2.
Efisiensi dalam berbahasa
3.
Kecepatan dalam pengamatan
4.
Kemudahan dalam mengingat
5.
Kemudahan dalam memahami hubungan
6.
Imajinasi
Berdasarkan
data atau informasi hasil pengukuran tersebut, para ahli
telah mengadakan pengelompokan,
yang diperlukan bagi proses seleksi atau penempatan orang- orang, menurut inteligensi pelakunya,
antara lain:
1.
Dalam term kecakapan dasar umum,
orang-orang yang berasal dari atau berada lama dalam populasi produk dapat
dibagi ke dalam kategori, antara lain:
a.
Supertor atau jenius mereka yang
dapat bertindak jauh lebih cepat dan dengan kemudahan dibandingkan dengan
kelompok lainnya.
b.
Normal mereka yang rata-rata atau
pada umumnya dapat bertindak biasa dengan kecepatan, ketepatan, dan
kemudahannya seperti tampak pada sebagian besar anggota kelompoknya menurut
batasan-batasan waktu dan tingkat kesukaran yang telah ditetapkan.
c.
Sub-normal atau mentally
defective atau mentally retarted mereka yang bertindak jauh lebih lambat
kecepatannya dibandingkan dengan anggota kelompok lainnya. Yang lebih teliti
lagi dibedakan lebih lanjut kedalam kategori orang-orang:
1.
Debil (maron) yang masih
mendekati orang normal yang berusia sekitar 9-10 tahun.
2.
Imbecil mendekati orang normal
sekitar usia 5-6 tahun.
3.
Idiot mendekati orang normal
berusia di bawah 4 tahun.
2.
Dalam term kecakapan dasar
khusus orang-orang dapat dikelompokan ke
dalam kategori yang memiliki kemampuan dasar khusus dalam bidang:
a.
Bilangan
b.
Bahasa
c.
Tiitkan ruang
d.
Titikan hubungan sosial
e.
Gerak motoris
Para
guru pun sebenarnya bukan mustahil untuk dapat mendeteksi klasifikasi kecakapan
para siswa, kalau mau mencoba
melakukan pengamatan secara teliti dan sistematik, meski hanya bersifat tentatif sekalipun
sifatnya adalah sebagai berikut:
1.
Dalam menandai kecakapan dasar
umum siswa, guru dapat mengamati secara lugitudinal atau mengikuti urutan waktu
perkembangannya dari saat ke saat dan cross sectional yaitu dalam waktu
serempak membandingkan siswa satu kategori umur dengan lainnya dalam kelas atau
kelompok siswa mana pun hingga dapat ditemukan:
a.
Siswa-siswa yang cenderung lebih cepat dan
mudah menyelesaikan tugas pekerjaannya dibandingkan temannya yang lain, jauh
lebih awal dari jumlah waktu yang ditetapkan.
b.
Siswa-siswa yang cenderung
mencapai hasil rata-rata saja dan hanya dapat menyelesaikan tugas pekerjaannya
persis atau sekitar batas waktu yang ditetapkan.
c.
Siswa-siswa yang cenderung selalu
mencapai hasil lebih rendah dari prestasi kelas atau kelompoknya dan hampir
tidak pernah dapat menyelesaikan tugas pekerjaannya sampai dengan batas waktu
yang ditetapkan.
2.
Dalam menandai kecakapan dasar
khusus siswa, para guru juga dapat menggunakan pola pendekatan yang sama. Pada
kesempatan ini, observasi lebih difokuskan ke dalam mata pelajaran atau bidang
studi atau kelompok bidang studi yang secara konseptual dapat dikategorikan ke
dalam, antara lain:
a.
Bidang studi humaniora-filosofis
(PMP, Agama, dan sebagainya)
b.
Bidang studi humaniora cultural
(bahasa, sastra, seni, dan sebagainya)
c.
Bidang studi sosial (IPS, dan
sebagainya)
d.
Bidang eksakta (IPA, matematika,
dan sebagainya)
e.
Bidang studi teknologis
(keterampilan, prakarya, PKK, dan sebagainya)
f.
Bidang studi psikomotoris (olahraga
dan sebagainya)
Meskipun hanya bersifat
tentatif, para guru akan dapat berbuat banyak untuk melakukan penyesuaian yang lebih memadai terhadap
kondisi objektif para siswanya.
- Keragaman individual dalam kepribadian
Kalau kecakapan hanya mewujudkan
kualifikasi inteligensinya dari prilaku individu, maka kepribadian menunjukkan
kepada kualitas total perilaku yang tampak dalam melakukan penyesaian dirinya
terhadap lingkungan secara unik. Yang dimaksudkan dengan kata unik di sini
ialah menjelaskan bahwa kualitas perilaku itu bersifat khas sehingga dapat
dibedakan individu yang satu dari yang lainnya.keunikannya itu didukung oleh
struktur organisasi ciri-ciri jiwa raganya yang terbentuk secara dinamis.
Ciri-ciri jiwa raga misalnya,
konstritusi dan kondisi fisik, tampang dan penampilan, proporsi dan kondisi
hormon, darah dan cairan tubuh lainnya,, segi-segi kognitif, apektif, konatif
tersebut saling berhubungan dan berpengaruh atau interdependensi satu sama lain
sehingga mewujudkan suatu sistem yang kesemuanya itu akan mewarnai dan
menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan, seperti
yang tampak dalam interaksinya dengan lingkungannya, antara lain:
1.
Konsekuen tindakannya dalam
mematuhi aturan etika perilaku, atau teguh tidaknya dalam memegang pendirian
atau pendapat, konsisten tidaknya tindakannya dalam menghadapi situasi
lingkungan yang serupa atau berbeda-beda yang lazim kita kenal sebagai
karakter.
2.
Cepat atau lambatnya mereaksi
respon, bukan masalah penyelesaian tugas pekerjaan saja terhadap
rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungannya yang lazim dikenal sebagai
temperamen.
3.
Positif, negatif atau ambivalensi
sambutannya terhadap objek-objek berupa orang, benda, peristiwa, norma atau
nilai etis, estetis, dan sebagainya yang lazim dikenal sebagai sikap (attitude)
4.
Mudah tidaknya tersinggung,
marah, menangis, atau putus asa, yang kita sebut stebilita emosional.
5.
Menerima, cuci tangan, atau
melarikan diri dari resiko, atas tindakan dan perbuatannya, yang kita kenal
sebagai tanggng jawab.
6.
Keterbukaan atau ketertutupan
dirinya serta kemampuannya berkomunikasi dengan orang lain, yang kita kenal
sebagai sosialibitas.
Dengan ditetapkannya beberapa indikator
sebagai manifestasi dari aspek-asprk kepribadian, beberapa pendekatan dalam
rangka memahaminya dapat dilakukan dengan:
1.
Teknik wawancara dengan
mernciptakan situasi percakapan yang berstruktur dan dibakukan.
2.
Teknik studi kasus dengan
melakukan analisis yang kompehensif terhadap semua bentuk informasi yang dapat
dihimpun mengenai diri seseorang, termasuk perkembangan sejarah hidupnya.
Lebih
lanjut lagi apabila dapat ditunjang oleh berbagai informasi yang dijabarkan
dari hasil pengukuran dengan beberapa teknik yang mungkin, antara lain:
a.
Skala penilaian
b.
Kuesioner atau inventori
c.
Tes situasi
d.
Tes proyeksi
Data atau informasi
hasil pengukuran terhadap kelompok, ciri-ciri kepribadian tersebut dapat
diorganisasikan terhadap suatu table grafika sehingga akan memberikan gambaran
secara keseluruhan mengenai profil kepribadian individu yang bersangkutan,
antara lain:
1.
Kalau ternyata kelompok ciri
kepribadian itu satu sama lain bersesuaian atau interkorelasinya positif
tinggi, dapat dikatakan terdapat integrasi kepribadian, atau dengan ungkapan
lain yang juga sering digunakan, yang demikian itu disebut juga kepribadian
ganda. Hal itu mengimplikasikan bahwa perilaku yang bersangkutan kurang atau
tidak konsisten.
2.
Kecenderungan posisi atau letak
nilai-nilai skala dalam tebel itu kearah daerah yang lebih positif atau
negatif, dapat juga menunjukan kecenderungan arah sikap atau perhatian dari
yang bersangkutan sebagai introversi, ekstraversi, atau ambivalensi.
Kalau dikatakan bahwa
struktur kepribadian itu terorganisasi secara dinamis, hal itu mengandung makna
bahwa sampai batas tertentu pola kepribadian itu mengalami perkembangan dan
aspek-aspek tertentunya masih mungkin mengalamu perubahan (plastis dan
fleksibel).
- Beberaapa teknik dan intrumen pengukuran kecakapan dadn kepribadian
Di antara alat ukur kecakapan dasar
yang paling banyak dikenal dan digunakan, juga di Indonesia, ialah test binet
simon (verbal test) yang dikembangkan sejak tahun 1905 di Perancis dan direvisi
serta dikembangkan di Stanford (USA)
mulai tahun 1916.
Dalam konteks tes ini, indeks
kecerdasan (kecakapan dasar umum) seseorang dinyatakan dengan IQ (intelligence
quotient) yang diperoleh dengan jalan membandingkan hasil jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang disiapkan untuk tingkat-tingkat umur tertentu yang
disebut MA (mental age, umur kecerdasan) dengan umur yang sebenarnya menurut
kelahiran yang disebut CA (chronological age, umur kronologi). Jadi, IQ= MA :
CA X 100. Atas dasar hasil penelitian terhadap sejumlah sampel yang dipandang
mencerminkan populasinya, telah dapat dikembangkan suatu sistem norma ukuran
kecerdasan dalam konteks tes ini ialah sebagai berikut:
IQ
|
Percent of the
population
|
Classification
|
Over 140
|
1
|
Genius (jenius)
|
130-139
|
2
|
Very superior
(sangat unggul)
|
120-129
|
8
|
Very superior
(sangat unggul)
|
110-119
|
16
|
Superior (unggul)
|
100-109
|
23
|
Average (normal)
|
90-99
|
23
|
Average (normal)
|
80-89
|
16
|
Dull average
(mendekati normal)
|
70-79
|
8
|
Borderline (lambat)
|
60-69
|
2
|
Mentally devicient (
terbelakang)
|
Below 60
|
1
|
Mentally devicient
(terbelakang)
|
Test binet-simon dipersiapkan untuk
orang yang berusia mulai 3-15 tahun. Perhitungan IQ untuk orang yang berusia
lebih dari 15 tahun, CA-nya diperhitungkan menurut tingkat usia 15 tahun ini,
dengan asumsi bahwa perkembangan kecerdasan mencapai kemantapannya (mature)
pada tingkat usia tersebut. Mengingat tes ini bersifat verbal, maka
penggunaannya pun disiapkan mulai untuk usia tiga tahun, dengan anggapan pula
bahwa mulai usia tersebut anak telah mengerti pertanyaan-pertanyaan atau
perintah-perintah secara verbal. Tes lain yang nonverbal dan cultural free
(sampai batas tertentu), ialah tes progressive metrices (PS), yang dikembangkan
di Inggris oleh Reven,
Untuk mendeteksi dasar khusus telah
pula ada berbagai perangkat ukurnya, antara lain SRA-PMA (science research
association- primary mental abilities), DTA (differential aptitude tests), FACT
(Flanagan aptitude classification tests). Tes ini dapat digunakan untuk
mengungkapkan, antara lain:
V = verbal comprehension (pemahaman kata)
W = word fluency (kefasihan mengungkapkan
kata)
N = number (pemahaman bilangan)
S = space (tilikan ruang)
M = associative memory (daya mengingat
secara assosiatif)
P = perceptual speed (kecepatan
pengamatan)
I or R = induction or general reasoning (berpikir
logis)
Mo = motor (kecakapan gerak)
Secara teoritis,
kecenderungan-kecenderungan bakat khusus baru dapat dideteksi mulai usia
sekitar 5 tahun, seperti diungkapkan oleh:
Chicago
PMA (usia 11-17 tahun) M, V, W, N, S, R
SRA-PMA (usia 11-17 tahun) V, W, N, S, R
SRA-PMA (usia 7-11 tahun) V, M, S, R, P
SRA-PMA (usia -7 tahun) V, Q, S, Q, P, Mo
Q = a
rudimentary quantitative
Dengan memperhatikan
penonjolan-penonjolan score yang dicapai anak yang bersangkutan dalam tes yang
sesuau dengan tingkatan-tingkaatan usianya itu, kita dapat melihat ddalam hal
bakat mana seseorang itu cenderung kuat kecakapan dasar khususnya.
Di antara alat ukur kepribadian yang
amat penting diketahui parra guru ialah yang berkenaan dengan minat, sikap, dan
kebiasaan belajar. Intrumen yang telah dikembangkan antara lain strong-VIB
(strong-vocation interest blank), kuder-vocational, the alllport-vernon-lindzey
study of value. Yang terakhir itu dapat digunakan untuk mengungkapkan enam
minat dasar atau mtif-motif dan sikap penilaian terhadap sistem nilai yang
dijabarkan dari tipe manusia yang dikembangkan oleh spranger, ialah:
1.
Teoretis (theoritical) ditandai
oleh minatnya yang dominan untuk menemukan kebenaran dengan pendekatan empiris,
kritis, rasional, dan intelektual.
2.
Ekonomis (economical) ditandai
dengan mengutamakan nilai kegunaan dan kepraktisan.
3.
Estetis (aesthetical) ditandai
dengan menempatkan nilai tertinggi pada bentuk keharmonisan, serasi, dan
simetris.
4.
Sosial (social) ditandai dengan
mengutamakan nilai kebersamaan, kemanfaatan, dan kebaikan sesama manusia,
solidaritas dan filantropis.
5.
Politis (political) ditandai
dengan minat yang dominan untuk kepentingan pengaruh dan kekuatan abadi,
ketenaran dirinya.
6.
Religius (religious) sangat
berkempentingan dengan penghayatan kesatuan penngalaman secara keseluruhan
dalam kaitannya dengan alam semesta dan Maha Pencipta.
Pada dasarnya alat ukur
tentang minat, sikap, dan kebiasaan itu dikembangkan dalam bentuk skala, yang
antara lain tipe skala likert. Dalam skala ini, responden diharapkan menandai
salah satu di antara lima kategori yang disusun secara kontinum, yaitu: A/SS
(strongly agree/sangat setuju), A/S (agree/setuju), U/R (undecided/ragu-ragu),
D/TS (disagree/tidak setuju) dan SD/STS (stronglydisagree/sangat tidak setuju)
terhadap setiap pernyataan atau
pertanyaan yang ada.
- Beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya keragaman dalam kecakapan dan kepribadian
Setiap implisit dalam berbagai
penjelasan terdahulu telah dikatakan bahwa baik pada kecakapan dasar maupun
kepribadian ada aspek-aspek yang dimiliki oleh individu karena kelahiran dan
ada yang karena pengalaman melalui interaksi dengan lingkungannya, antara lain
melalui proses belajar. Sebagian lagi diperlihatkan oleh beberapa instrumen
dasar khusus, bergantung kepada perkembangan umur individu yang bersangkutan.
Beberapa bukti saling mempengaruhi
antara pembawaan dan lingkungan ini, dikemukakan oleh Woodworth antara lain:
a.
Eksperimen dengan anak kembar
sama yang dibasarkan lingkungan keluarga dan sekolah berbeda, ternyata IQ yang
tadinya identik menunjukan perbedaan sekitar 15 butir.
b.
Eksperimen dengan menciptakan
lingkungan hidup yang sama dalam suatu asrama terhadap sejumlah anak yang
berbeda pembawaannya, ternyata tetap saja menunjukan perbedaan dalam
prestasinya.
c.
Adanya hibrida menunjukan bahwa
bibit itu terpengaruh begitu juga himar (anak kuda dan keledai)
d.
Adanya keraksasaan pertumbuhan
tubuh luar biasa cepatnya, termasuk juga kekerdilan, menunjukkan pengaruh
lingkungan yang kekurangan atau kelebihan zat tertentu.
BAB
III
PENUTUP
- Kesimpulan
kecakapan individu atau yang sering
juga disebut abilitas itu dapat dibedakan kedalam dua kategori, yaitu:
a.
Kecakapan nyata atau aktual, yang
menunjukkan kepada aspek kecakapan yang segera dapat didemonstrasikan dan diuji
sekarang juga karena merupakan hasil atau belajar yang bersangkutan dengan
cara, bahan, dan dalam hal tertentu yang telah dijalaninya.
b.
Kecakapan potensial, yang
menunjukkan kepada aspek kecakapan yang masih terkandung dalam diri yang
bersangkutan dan diperoleh secara pembawaan kelahiran, yang mungkin dapat
merupakan abilitas dasar umum dan abilitas dasar khusus dalam bidang tertentu.
DAFTAR
PUSTAKA
Makmun, Abin
Syamsudin. 2007. Psikologi kependidikan.
Rosda: Bandung.